54. Putus? BIG NO!

1.2K 310 16
                                    

Halo, terima kasih suda mengikuti perjalanan Avraam sampai chapter 54.. semoga kalian suka sama setiap partnya dan terus baca cerita ini sampai tamat.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Greesa membasuh wajahnya dengan air, lalu menatap pantulan dirinya dari cermin. Apa yang sedang dia lakukan sekarang? Izin dari sekolah, tidak datang ke tempat les, lalu bukannya pulang, malah pergi ke tempat karaoke dan menangis selama beberapa jam. Selain itu, dia juga mematikan ponsel miliknya, sehingga membuat orang-orang khawatir.

Saat dia menyalakan ponsel pintar miliknya, banyak panggilan tak terjawab dan pesan dari Avraam, Rania, Anissa dan kakak laki-lakinya. Mereka semua menanyakan keberadaan dan kondisinya. Mereka takut ada hal buruk yang menimpa dirinya. Sedangkan ayah dan ibunya, Bagas pasti tidak memberitahu mereka, dan Greesa merasa lega untuk hal itu.

Suara getaran ponsel mengalihkan perhatiannya. Gadis itu mengambil benda persegi panjang yang dia simpan di samping westafel. Pesan itu dari Bagas, kakak laki-lakinya memberi kabar, kalau dia sudah ada di depan pintu masuk tempat karaoke. Buru-buru gadis itu merapikan sedikit penampilannya, lalu segera keluar dari kamar mandi.

"Kak Bagas," panggil gadis itu saat dia melihat kakak laki-lakinya sedang berdiri memunggunginya. "Maafin aku," ucapnya lagi. Dia benar-benar merasa bersalah telah membuat orang-orang di sekelilingnya khawatir.

Bagas tersenyum, lalu mengelus puncak kepala Greesa. Dia tau, kalau adiknya sedang sedih. Dia menjadi merasa bersalah karena dialah yang memberitahu ayahnya soal Avraam. Ternyata pikiran ayahnya tidak seterbuka yang dia pikirkan, sehingga sekarang dia malah memberi masalah untuk adiknya.

"Makan dulu, yuk!" Greesa hanya mengangguk, lalu menunduk.

Bagas mendekati Greesa, lalu merangkulnya. "Kamu inget enggak, waktu awal-awal kakak kuliah. Kakak juga pernah kabur, gara-gara berantem sama ayah."

Saat itu, hasil ujian saringan masuk PTN miliknya memenuhi batas minimal untuk masuk ke jurusan Kedokteran, tetapi dia malah memilih pilihan kedua yaitu Manajemen Bisnis. Hal itu membuat ayahnya sangat marah, karena dia merasa Bagas membuang peluang emas.

"Kak Bagas parah, kaburnya langsung keluar kota. Terus pulang-pulang pas lebaran."

"'Kan biar langsung dimaafin sama ayah. Lagian, Kakak, kan, ke sana sekalian kuliah." Bagas terkekeh. "Tapi untung aja, waktu itu enggak diusir."

Dia sengaja pulang saat lebaran, agar ayahnya mau memaafkannya. Walau waktu itu dia sempat tidak terlalu yakin, tetapi beruntung ibunya bisa membujuk sang ayah.

"Aku udah pernah bilang, kan, waktu itu sebenernya ayah khawatir, dia sering nyuruh aku buat kirim SMS ke Kak Bagas." Bagas mengangguk, ibunya juga pernah bilang. Dia tau ayahnya sangat menyayangi mereka berdua.

Avraam (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang