12. Makasih Aja, Nih?

2K 623 89
                                    

Halo, terima kasih sudah mengikuti cerita Avraam~

Jika suka, silakan Vote dan Komen~

.

.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Avraam menonaktifkan ponsel miliknya. Kemudian dia berjalan menghampiri Greesa yang sedang duduk di sebuah kursi panjang. Posisi Greesa membelakanginya. Muncul sebuah ide jahil, Avraam berjalan mengendap-endap.

"Dor!" Greesa tersentak dan berteriak kecil saat Avraam menyentuh kedua bahunya.

"Kamu ngapain, sih?" tanya gadis itu, setelah bisa mengatasi keterkejutannya. Sang pelaku hanya terkekeh. "Eh, mana Fely?" tanyanya lagi saat melihat Felysia tidak kembali bersama Avraam.

"Oh, dia tadi ketemu Kelvin. Katanya minta dianterin beli sesuatu," kata Avraam berbohong. Tidak mungkin, kan, kalau dia berkata, meninggalkan Felysia bersama Kelvin.

"Masa, sih?" Greesa mengerutkan kening. Mengajak Avraam pergi ke toko buku adalah ide sepupunya itu. Dia bilang ingin PDKT dengan Avraam, tetapi kenapa, tiba-tiba malah pergi dengan Kelvin.

"Iya, mau beli hadiah kali," jawabnya sembarang.

Greesa hanya mengangguk. Sepertinya sepupunya itu ingin membelikan hadiah untuk Avraam, makannya dia pergi dengan Kelvin. Itu alasan yang masuk akal.

"Masih ada yang mau dibeli, enggak?" Avraam merebut tiga buah buku dari tangan Greesa. "Gue aja yang bawa, ya."

"Eh, enggak usah." Greesa berdiri, dia mencoba mengambil buku dari lengan Avraam. Namun, Avraam menyembunyikannya di belakang punggungnya. "Sama aku aja."

Avraam menggeleng. "Masih ada lagi enggak?" tanyanya lagi.

Greesa memilih mengalah, daripada nantinya mereka ribut tidak jelas. "Enggak, udah ini aja."

"Ya udah, ayo bayar." Avraam menggenggam lengan Greesa. "Abis ini mau ke mana?"

"E-enggak tau." Mata Greesa mantap telapak tangannya yang di genggam oleh Avraam. Tangan besarnya terasa hangat, sehingga pipinya juga itu memanas.

Harusnya dia melepaskan genggaman tangan laki-laki yang berjalan di sampingnya, tetapi entah kenapa hatinya merasa tidak rela. Entah bagaimana mendeskripsikan perasaannya sekarang, tetapi dia tau satu lah, kalau dia merasa senang.

"Lo pergi jam berapa?"

"Oh itu ... nunggu Kak Bagas jemput."

Sebenarnya hari ini dia tidak ada janji dengan kakaknya, ini semua adalah sandiwara yang rencanakan oleh Felsyia. Akhir dari rencana ini seharusnya dia pura-pura pergi, dan Felysia akan pergi menonton film dengan Avraam. Tetapi malah sepupunya itu sendiri yang mengubahnya.

Avraam (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang