14. Mendapatkan Ganjarannya

1.9K 585 111
                                    

Halo~ terima kasih sudah mengikuti cerita Avraam~
Jika suka silakan vote dan komen~

.

.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.


Sekarang Avraam ada di ruang kesiswaan bersama dengan wali kelasnya dan Pak Jajang. Ibu Suci memintanya untuk menjelaskan kronologis masalah tadi. Laki-laki itu meminum air mineral yang diberikan oleh Pak Jajang, saat dia sampai di ruangan ini. Avraam baru saja selesai menceritakan masalah tadi, jadi dia sedikit haus.

"Saya tau, saya salah. Tapi, saya enggak suka caranya." Disimpannya botol air mineral yang isinya sisa setengah, di meja. "Kalau saya salah, terus dimarahin, saya enggak akan apa-apa. Tapi, dia udah bawa-bawa kakak saya. Mana pantes guru kaya gitu. Kalau saya punya kekuasaan, pengen saya pecat orang itu!"

Pak Jajang dan Ibu Suci tidak berkomentar apa-apa. Masih membiarkan Avraam untuk mengeluarkan emosinya.

"Saya udah sering ditegur guru, Pak Jajang salah satunya." Avraam melirik Pak Jajang yang sedang serius mendengarkan penjelasannya. "Apa saya pernah bersikap kurang ajar sama Pak Jajang?"

Pak Jajang menggeleng. "Enggak pernah. Tapi kalau bikin kesel, sering," jawabnya mencoba mencairkan suasana.

Avraam terkekeh. "Namanya anak-anak, Pak. Saya kayak gitu, biar Pak Jajang inget terus sama saya." Perasaannya kini sudah mulai membaik.

"Aram ... Aram. Jangan sering bikin masalah. Kamu udah kelas dua belas, belajar yang serius." Pak Jajang memberi nasihat.

"Saya ini serius, Pak. Main serius, belajar serius, ngejar-" Avraam menghentikan ucapannya. Dia tidak seharusnya mengatakan moto hidupnya yang paling terakhir.

"Apa? Ngejar Greesa juga serius?"

Avraam membulatkan matanya. Selama ini dia tidak pernah menceritakan moto hidupnya itu, selain pada teman-temannya di Onyx, Raihan, Yanuar dan Darrel, terakhir Pak Kus. Apa jangan-jangan Pak Kus yang memberi tau Pak Jajang? Dasar pengkhianat!

"Kenapa? Bener, kan?" Pak Jajang tertawa saat melihat Avraam tersipu.

"Ah, Pak Kus ini enggak bisa jaga rahasia," omelnya.

"Kamu suka sama Greesa?" Akhirnya Ibu Suci buka suara.

Avraam menggaruk tengkuknya, walau sebenarnya tidak gatal. "Iya, Bu," jawabnya malu-malu.

"Ibu enggak akan ngelarang, masalah perasaan itu enggak bisa diprediksi. Asal kalian ingat kewajiban masing-masing. Tapi, ibu titip sama kamu. Greesa itu anak yang baik, jadi kamu harus bisa jadi lebih baik lagi."

Avraam (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang