36. Membujuk Teman Yang Marah

1.6K 309 54
                                    

Halo, terima kasih sudah mengikuti cerita Avraam~

Jika suka, silakan Vote dan Komen~

.

.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Guru yang mengajar di kelas XII-IPA 1 baru saja keluar. Sekarang sudah memasuki jam istirahat, sebagian besar penghuni kelas pergi keluar untuk membeli makan atau pun mencari udara segar. Sedangkan siswa yang tetap berada di kelas, sebagian besar membawa bekal dari rumah. Ada juga yang tidak makan, mungkin orang itu sedang berpuasa.

"Aram, kamu mau beli makan lagi?" tanya Greesa pada teman sebangkunya yang sedang mengambil dompet dari ransel.

"Iya, kamu makan duluan aja." Dia tidak ingin Greesa menunggunya seperti kemarin.

Kemarin dia pergi membeli makan di kantin, kurang lebih sekitar sepuluh menit, karena harus mengantre. Saat kembali Greesa bilang, dia menunggunya. Padahal seharusnya gadis itu tidak perlu menunggunya, dia tidak ingin membuat pacarnya menunda waktu makan.

"Enggak apa-apa, Aram."

"Ram!" Belum sempat Avraam mengatakan kalimat yang ingin dia sampaikan pada Greesa, seseorang memanggilnya. "Ikut gue." Laki-laki itu menarik Avraam dari kursinya.

"Apaan sih, Vin?" Avraam berusaha melepaskan lengan Kelvin yang sedang menarik lengannya. Di sampingnya, Ryan juga memberi kode padanya untuk melakukan hal yang dikatakan Kelvin. "Oke ... oke."

"Gue mau ngasih lo pelajaran!" ucap Kelvin, dia tampak kesal.

"Anya, makan duluan ya. Jangan nungguin aku."

Greesa yang bingung dengan apa yang terjadi, hanya bisa mengangguk. Mereka tidak mungkin berkelahi, kan? Yang dia tau, mereka itu berteman baik. Tetapi melihat wajah Kelvin, sepertinya laki-laki itu marah pada Avraam.

Dia hanya berharap tidak ada hal buruk yang terjadi. Dia percaya pada persahabatan mereka. Mereka tidak mungkin saling melukai.

Di sisi lain, Kelvin mengunci kepala Avraam dengan lengannya, sehingga membuat Avraam harus membungkukan badannya. Sepanjang jalan, banyak siswa yang melihat ke arah mereka, namun sepertinya Kelvin tidak merasa terganggu. Dia terus melangkahkan kakinya menuju Blackmarket.

"Lo bener-bener, Ram!" ucap Kelvin. Laki-laki itu mempercepat langkahnya, saat sudah hampir sampai di tempat tujuannya.

"Sabar, bos. Semua bisa dibicarakan baik-baik." Avraam mencoba menenangkan Kelvin.

Avraam (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang