31. Berakhir Dengan Baik

1.4K 342 69
                                    

Halo, terima kasih sudah mengikuti cerita Avraam~

Jikas suka, silakan Vote dan Komen~

.

.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

"Enggak ke mana-mana, Dek?" Bagas menyimpan secangkir kopi di meja, lalu duduk di sofa.

"Enggak, Kak," jawab Greesa. Matanya fokus menatap film animasi yang sedang diputar di televisi. "Kakak juga, enggak malam mingguan?"

Bagas mengangkat bahu. "Mendingan istirahat di rumah." Dalam seminggu ini, dia harus lembur selama tiga hari, jadi dia lebih baik diam di rumah, dari pada harus bermain di luar.

"Makannya cari pacar, biar ada yang bisa di ajak keluar kalau malam minggu."

"Berani kamu ya, sama Kakak!" Greesa terkekeh. "Kamu sendiri gimana? Kenapa cowok yang waktu itu video call, enggak ngajak kamu keluar?"

Senyum di wajahnya tiba-tiba menghilang. Avraam mana mungkin mau mengajaknya keluar, setelah apa yang dia lakukan padanya. "Kenapa juga dia harus ngajak aku keluar?"

"Waktu itu, dia bilang kalian masih temen. Berarti kalian lagi PDKT dong? Ayo ngaku!"

Greesa memperbaiki posisi duduknya. "Enggak, kita cuman temen aja, Kak."

"Kenapa? Dia masih belum nembak?"

Gadis itu menggeleng. "Udah, ah. Jangan dibahas lagi."

"Ya udah-"

"Kak Eca!" Perkataan Bagas terpotong oleh teriakan Felysia. Gadis itu berlari menghampiri Greesa. "Bantuin aku, dong! Please!"

"Kenapa Fely?" tanya Bagas.

"Kak Bagas enggak usah tau, ini masalah cewek." Felysia menarik lengan Greesa, meminta sepupunya untuk segera berdiri. "Ayo, Kak. Buruan!"

"Iya, Fely, iya."

Bagas hanya menggelengkan kepala, lalu menyesap kopi miliknya.

Felysia membawa Greesa ke kamarnya. Sesampainya di kamar, Greesa membulatkan matanya saat melihat pakaian yang berserakan di atas tempat tidur.

"Bantu aku pilih baju, Kak."

"Emangnya kamu mau ke mana?"

Felysia tersenyum. "Mau ketemu Kak Aram," jawabnya.

"Oh." Greesa tidak tau harus bereaksi seperti apa. Dia seharusnya senang, karena sepertinya Avraam menuruti permintaannya. Tetapi, kenapa dia malah merasa sakit hati?

Avraam (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang