47. Pertemuan Misterius

1K 258 24
                                    

Halo~ Terima kasih sudah mengikuti cerita Avraam~

Jika suka, silakan Vote dan Komen~

...

"Anya serius enggak mau pulang bareng aku?" Ini adalah pertanyaan ketujuh yang keluar dari mulut Avraam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Anya serius enggak mau pulang bareng aku?" Ini adalah pertanyaan ketujuh yang keluar dari mulut Avraam.

"Serius Aram, aku mau ketemu temen dulu." Greesa melihat layar ponselnya, belum ada notifikasi terbaru, jadi dia menekan tombol untuk mengunci layar ponselnya lagi.

"Tapi beneran cewek, kan? Aku ini orang cemburuan, Anya. Aku enggak suka kamu deket sama cowok lain." Laki-laki itu kini berdiri di hadapan Greesa.

"Kamu enggak percaya sama aku?" Greesa menatap Avraam dengan mata menyipit, dia sedikit kesal dengan pertanyaan dari Avraam.

Avraam menggenggam lengan Greesa. "Enggak, enggak. Bukan gitu, Anya."

"Terus apa maksudnya?"

Dia hanya ingin Greesa memberitahu siapa orang yang akan dia temui, tetapi dari tadi gadis itu tidak mengatakannya. Jika terus seperti ini, Greesa akan marah padanya, dan menganggapnya tidak pengertian. Dia bukan tidak percaya, hanya saja hatinya tidak tenang, jika tidak mengetahui siapa orang yang akan gadisnya temui.

"Aku cuman khawatir. Maaf."

Greesa menarik napas, lalu membuangnya perlahan. "Aram, aku janji. Nanti aku bakal cerita."

Bukan tanpa alasan, Greesa tidak memberitahu pacarnya siapa orang yang akan dia temui. Tetapi, ini adalah permintaan dari orang itu, jadi dia tidak bisa memberitahunya sekarang.

"Ya udah, kalau gitu aku tungguin sampai temen kamu dateng."

"Enggak usah, Aram. Kamu pulang aja, aku nunggu sendiri aja."

Avraam menggeleng. "Anya, kamu itu cantik. Nanti kalau ada yang macem-macem gimana?"

Walau pipinya terasa panas, karena Avraam memujinya, tetapi dia juga merasa kesal. Dia tau kalau Avraam khawatir padanya, tapi laki-laki terlalu kekanak-kanakan. Dia bukan anak kecil yang harus dilindungi setiap saat, dia juga bisa menjaga dirinya sendiri. Lagi pula, sekarang baru jam tujuh malam, jalanan masih ramai. Penjahat akan berpikir dua kali sebelum melancarkan aksinya.

"Aram, di sini ada satpam. Aku enggak akan kenapa-kenapa."

"Ya udah."

Greesa tersenyum, karena akhirnya Avraam mengerti. "Eh, mau ke mana?" tanya gadis itu, saat Avraam menarik lengannya. Mau tak mau, gadis itu mengikuti langkah laki-laki itu.

"Ke pos satpam."

"Ngapain?

"Nitipin kamu."

Mata gadis itu membulat, sebenarnya apa yang ada di pikiran Avraam, sih? "Enggak usah, Aram."

Avraam (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang