40. Kencan Pertama

1.3K 285 54
                                    

Halo terima kasih sudah mengikuti cerita Avraam~

Jika suka, silakan Vote dan Komen~

.

.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Avraam tidak tau harus bicara apa sekarang. Semua kalimat yang sebelumnya dia susun, menghilang begitu saja dari kepalanya, sekarang otak yang selalu dia bangga-banggakan serasa tidak berguna lagi.

"Sa-saya ...." Kalimat itu menggantung, karena Avraam tidak menemukan kalimat, bahkan kata yang cocok untuk dia ucapkan.

"Duduk." Avraam menuruti titah dari ayah Greesa. Dia menjilat bibirnya yang terasa kering, lalu menggigitnya. Bagaimana ini? Apakah ayah mertuanya tidak menyetujui hubungan mereka?

"Om, saya Aram-"

"Saya tau, kamu tadi udah memperkenalkan diri."

Apa ini yang disebut kekalahan telak? Butuh waktu dan keberanian untuk berbicara, tetapi dipotong dengan cepat dan sadis. Avraam mengusap hidungnya. Di saat seperti ini, kenapa tuan putri tidak datang membantunya?

"Ini minumnya." Bagas menyimpan gelas berisi air putih di meja.

"Makasih, Kak Bagas." Avraam hendak mengambil gelas, namun tiba-tiba berhenti. "Ini saya udah boleh minum?" Avraam memandang Bagas dan Haris-ayah Greesa-bergantian.

"Minum aja," jawab Bagas.

Avraam menenggak isi gelas tersebut sampai habis. Namun, perasaan gugupnya belum hilang. Dia memainkan jari tangannya di atas paha, sembari memikirkan apa yang harus dia katakan lagi.

Laki-laki itu menarik napas, lalu membuangnya perlahan. "Om, saya beneran suka sama tuan put-eh maksudnya Anya-eh Greesa. Mohon, Om ngasih restu. Saya janji bakalan jadi pacar yang baik." Avraam mengatakan itu dalam satu tarikan napas.

Dia sedikit menyesali ucapannya karena tidak terlalu lancar. Namun, dengan kondisi yang gugup setengah mati, Avraam merasa dirinya cukup hebat.

Avraam mendengar suara tawa yang tertahan. Dia melirik Bagas, laki-laki itu sedang menutup mulut dengan telapak tangannya.

"Kak Bagas, Ayah ... udah dong, kasian Aram." Greesa tiba-tiba muncul. Avraam merasa bersyukur, dan bisa bernapas lega. Memang cuman tuan putrinya, yang sangat baik padanya.

Lalu terdengar suara tawa yang cukup keras. "Kan, kata aku juga. Dia lucu banget, Yah." Haris mengangguk dan ikut tertawa.

Avraam sekarang menjadi bingung melihat dua orang yang sedang tertawa. Dia merasa seperti sedang dibodohi. Tetapi dia masih tidak tau harus bereaksi seperti apa.

Avraam (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang