32. Melangkah Maju

1.4K 335 48
                                    

Halo, terima kasih sudah mengikuti cerita Avraam~

Jika suka, silakan Vote dan Komen~

.

.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Sepulang dari kafe, Felysia langsung membawa Greesa ke kamarnya. Dia harus membuat sepupunya itu menceritakan semuanya. Walau sebenarnya dia masih sedih, tetapi jika orang itu adalah Greesa, dia tetap akan berbahagia untuknya. Avraam bilang, kalau dia ditolak. Namun dia tidak menjelaskan alasannya.

"Fel, kamu abis nangis, ya?" tanya Greesa saat melihat mata Felysia yang sembab dan merah.

"Aku enggak apa-apa, kok." Tadi, dia memang menangis. Sebelum pulang ke rumah, dia mencari tempat sepi untuk nenenangkan diri. Felysia berniat melepaskan Avraam, jadi tadi dia mengeluarkan semua emosinya.

"Aram bikin kamu sedih lagi?" tanyanya lagi. Terlihat sekali kalau Greesa sangat khawatir padanya.

"Sebenernya, iya ... tapi aku enggak apa-apa. Kita udah sepakat buat temenan mulai sekarang," jawabnya jujur. Gadis itu meraih lengan Greesa lalu menggenggamnya. "Kak Eca sebenernya suka sama Kak Aram atau enggak?"

Greesa tidak langsung menjawab. "Aku enggak-"

"Kak Aram udah cerita. Dia juga bilang kalau dia cuman suka sama Kak Eca." Gadis itu menarik napas. "Sekarang aku tanya, Kak Eca suka enggak sama Kak Aram? Kakak harus jujur!"

Greesa sudah memikirkan hal ini selama beberapa hari. Dia sudah bisa menyimpulkan perasaannya. "Su-suka," jawabnya pelan. "Maaf, Fel."

Felysia memegang bahu Greesa. "Aku yang harusnya minta maaf, aku udah jadi penghalang buat kalian."

"Fel ...." Greesa kehilangan kata-katanya saat Felysia memeluknya. Matanya mulai berkaca-kaca.

"Kak Eca enggak perlu mikirin aku, kalian sama-sama suka. Aku enggak apa-apa kok. Kak Eca jangan menghindar lagi, ya." Felysia menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan emosinya.

Greesa melepaskan pelukkannya. "Kamu beneran enggak apa-apa?" tanyanya. Dia khawatir, hal ini pasti menyakitkan untuk Felysia.

Felysia menggigit bibirnya. "A-aku ... aku ...bohong ka-kalau aku bilang enggak sedih." Felysia mulai terisak dan air mata mulai mengalir di pipinya. Siapa yang tidak sedih jika perasaannya bertepuk sebelah tangan?

Greesa langsung memeluk sepupunya, lalu mengelus-elus punggungnya.

"Pa-padahal ... aku, aku suka banget sama Kak Aram," ucapnya di sela-sela tangis. "Ta-tapi, kalau Kak Aram sukanya sama Kak Eca, aku bisa apa? A-aku enggak boleh egois, aku juga enggak mau bikin Kak Eca sedih."

Avraam (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang