"Hallo," ujar Arvin sambil memegangi handphonenya dengan tangan kiri. Lalu tangan kanannya digunain untuk menyetir.
"..."
"Lagi sama teman-teman."
"..."
Arvin menempelkan handphone ke telinganya, mendengarkan suara di ujung sana. Tiba-tiba, dia melepaskan perangkat tersebut dan menoleh ke belakang, wajahnya dipenuhi rasa ingin tahu. "Bentar." Sebelum melanjutkan.
"Aurel, minta jemput! Gimana?" tanyanya, suara pelan namun tetap jelas bagi semua yang ada di dalam mobil.
Ryan, yang duduk di kursi depan, langsung menanggapi. "Tanya Donia, kan dia duluan ya minta dianterin pulang!" Dia menoleh ke arah Donia, memberikan sinyal bahwa keputusan harus diambil bersama.
Donia balas tersenyum, seolah tahu apa yang akan dikatakannya. "Jemput Aurel aja dulu, nanti baru anterin aku pulang!" saran Donia, dengan nada penuh semangat.
Mendengar jawaban itu, Arvin merasa lega. Untung saja, rumah Donia masih agak jauh, memberi kesempatan untuk memutar arah mobil dan kembali ke sekolah. Dia langsung menghidupkan mesin, memutar kemudi dengan percaya diri, dan kembali ke rute yang sebelumnya dilalui.
Suasana di dalam mobil terasa hangat, dipenuhi tawa dan canda dari teman-temannya. Arvin merasakan semangat yang mengalir dalam perjalanan ini, penuh harapan untuk kebersamaan yang akan datang. Dalam hatinya, dia bersyukur memiliki teman-teman yang selalu mendukung, meski dalam situasi sepele seperti ini.
Arvin langsung meletakkan handphone di telinga kiri lagi. "Oke, nanti di jemput! Ini mau jalan lagi ke sekolah." Suaranya penuh semangat. Begitu selesai berbicara, dia mematikan telepon dan menyelipkan handphone ke saku baju sekolahnya.
Beberapa menit kemudian, mobil Arvin tiba di sekolah. Mereka segera mencari sosok Aurel di keramaian siswa yang sedang beraktifitas. Tidak lama setelah itu, mobilnya berhenti tepat di depan Aurel yang sedang menunggu.
Aurel langsung membuka pintu belakang dengan cepat. Tetapi wajahnya tiba-tiba terheran saat melihat Donia sudah duduk di sana. "Kamu ngapain disitu?" Yang sedikit bingung.
Donia tersenyum lebar. "Yah, aku ikut bersama mereka!" Sambil menunjukkan kepada Arvin, Ryan, dan Rara yang berada di kursi depan.
"Minggir, aku mau duduk!" Aurel mendesak, dengan nada meminta sambil mengusir Donia agar memberi ruang.
"Dih, ngusir? Aku duduk di mana dong?" tanya Donia dengan emosi, wajahnya menunjukkan ketidakpahaman. Sepertinya otaknya mulai ngebug, dan dalam kebingungannya, ia tampak sangat lucu.
"Eh, udah jangan pada berantem!" sahut Ryan, berusaha menengahi. Dia kemudian keluar dari mobil lewat pintu sebelah dan segera berjalan ke arah pintu Rara.
Ryan membuka pintu Rara dan berkata, "Ra, kamu duduk bertiga sama Donia dan Aurel ya!"
Rara hanya mengangguk. Dengan cekatan, dia pindah ke tempat duduk belakang, di mana Donia sudah menunggu. Setelah Rara masuk, Donia menggeser posisinya ke tempat awal yang sebelumnya diduduki Ryan. Kini, Rara berada di tengah antara Donia dan Aurel.
Setelah semua terorganisir, Aurel adalah yang terakhir masuk ke dalam mobil. Dia menutup pintunya rapat-rapat, memastikan tidak ada yang terjepit. Untung saja, tempat duduk belakang cukup muat untuk tiga orang.
Bersambungg...
Follow yuk @faizahjahro
See you<3
KAMU SEDANG MEMBACA
Brandon
RomanceBrandon, seorang cowok yang tak pernah tertarik pada cewek, selalu menganggap mereka ribet, cengeng, dan menjijikkan. Namun, pandangannya berubah ketika dia bertemu Donia, gadis tangguh yang memiliki sisi manja dan pemberani. Meski Donia seorang ind...