|| 63. Perdebatan Aurel ||

455 124 22
                                    

Sebelumnya follow instagram author yuk

@faizahjahro

Udah belum?

Yuk langsung baca....

_______________Happy Reading_____________

Aurel melangkah masuk ke dalam mobil dan menutup pintunya dengan rapat. Namun, begitu duduk, dia merasa kesempitan. Di sampingnya, Rara dan Donia tampak nyaman, seolah ruang yang ada di antara mereka masih cukup luas.

"Donia, geser dikit napa sih! Sempit nih," ujar Aurel sambil berusaha membenarkan posisinya, menggerakkan badan ke kiri dan kanan, mencari ruang yang lebih lega.

"Eh, itu masih lega, woy! Badanmu aja yang gendutan!" balas Donia, nada suaranya sedikit tinggi, penuh percaya diri.

"Enak aja ya, badanku ini langsing, tau nggak?!" Aurel menegaskan, sedikit kesal. Dengan cepat, dia menggeser tubuh Rara yang berada di dekatnya dengan sikut lengan kanannya, berharap bisa mendapatkan sedikit ruang lebih.

Namun, niatnya untuk mengenakan Donia justru berbalik. Yang terkena malah Rara yang berada ditengah. Rara pun membuka suara. "Aa, sakit, Aurel!" Terkejut dan kesakitan karena sikutnya mengenai lengan.

"Eee, maaf, Ra! Aku nggak sengaja!" Aurel cepat-cepat meminta maaf, wajahnya menunjukkan rasa bersalah.

"Wah, parah," Donia menyahut, melirik Aurel dengan ekspresi kesal.

"Gara-gara kamu, geser dikit napa sih, Donia!" pinta Aurel lagi, suaranya penuh harap.

Mendengar permohonan itu, Donia akhirnya mengalah. Dia bergerak ke samping, menempel di pojok mobil. Untung saja, masih ada ruang di pojok tersebut, sehingga Donia bisa menggeser tempat duduknya dengan cukup nyaman.

"Nah, gitu kek dari tadi! Kesempitan nih!" ujar Aurel, lega akhirnya bisa bergerak lebih leluasa.

"Berisik," balas Donia, menggelengkan kepala sambil merasakan pusingnya bertemu dengan Aurel yang selalu ribut. Ryan dan Arvin pun ikut merasakan ketegangan ini, saling tukar pandang sambil menahan tawa.

Suasana di dalam mobil kembali hidup dengan canda tawa, meskipun ketegangan kecil di antara mereka tetap ada. Perjalanan pun dilanjutkan, dan semua tahu bahwa kebersamaan seperti ini selalu menyenangkan, meski kadang penuh dengan drama kecil.

Mereka hanya terkekeh melihat aksi Aurel dan Donia yang, seperti biasa, tak pernah absen dari adu mulut kecil. Sementara itu, Arvin tetap fokus menyetir, tak ingin terganggu dengan keributan di kursi belakang. Di sampingnya, Ryan sedang sibuk dengan handphonenya, jari-jarinya dengan lincah menavigasi layar.

Ryan membuka WhatsApp dan langsung terkejut ketika melihat notifikasi pesan dari nomor tak dikenal. Alisnya berkerut saat membaca pesan itu.

"Ryan, gimana kondisi sekolah sama teman-teman yang lain?"

Pesan singkat itu membuat Ryan berpikir keras. Siapa yang mengirim pesan ini? Si pengirim jelas mengenalnya, tapi dia tak bisa menebak siapa.

Sebelum membalas, Ryan sempat melirik ke arah Arvin yang sedang fokus menatap jalan. Matanya kembali ke layar handphone, lalu tanpa sadar ia menoleh ke belakang, memeriksa keadaan teman-temannya. Rara dan Aurel tampak tenang, sibuk menatap pemandangan dari jendela, menikmati perjalanan mereka. Sementara itu, Donia terlihat berusaha memejamkan mata, bersandar di jok belakang dengan tangan terlipat di dada. Wajahnya tenang, mungkin berusaha melupakan keributan kecil tadi.

Ryan menghela napas pelan, lalu kembali fokus ke layar handphonenya. Rasa penasaran semakin membuncah di dalam pikirannya. Dia tak ingin terus menerka-nerka tanpa jawaban. Tanpa menunggu lama, dia akhirnya memutuskan untuk membuka pesan itu dan mengetik balasan.

"Maaf, ini siapa ya?" tulis pesan Ryan singkat, jempolnya ragu sejenak sebelum menekan tombol kirim.

Setelah mengirim pesan, Ryan menyandarkan tubuhnya ke kursi, matanya terus menatap layar, menunggu jawaban yang bisa menjelaskan siapa sosok di balik nomor misterius itu.

Bersambungg....

Vote dan komentnya jangan lupa ya!

BrandonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang