DENTUMAN suara musik memenuhi ruangan-remang di penuhi banyak orang yang ingin mencari kesenangan. Ada yang duduk di kursi bar untuk sekedar minum ada yang meliuk-liukkan tubuhnya di dance floor di kerubuni wanita-wanita penghibur yang haus akan kenikmatan dan ada pula yang berada di ruangan VVIP dengan nyaman tanpa harus bersempit-sempitan dan bermain dengan wanita pesanan mereka masing-masing.Tujuan mereka datang ketempat inipun berbeda-beda, ada yang mencari nafkah untuk keluarganya, ada yang sekedar ingin melepas penatnya karena pekerjaan, ada yang ingin bersenang-senang dan memenuhi hasrat seksualnya dan ada pula yang datang untuk melupakan kejadian buruk yang di alaminya.
Tapi itu semua tidak berlaku bagi Alex Sandra ia datang ketempat ini karena kebiasaannya. Baginya tempat inilah yang mampu menenangkan dirinya, menepis rasa sakit tak kasat mata yang tidak pernah ia ketahui apa obatnya.
Sandra meneguk minuman keduanya kemudian melayangkan gelas kosong itu ke udara seakan baru saja memenangkan sebuah permainan.
"Happy birthday to Alex Sandra...!" ucap gadis itu pada dirinya sendiri.
"Lo ulang tahun?" tanya Kanaya, teman yang duduk di sisi kirinya dan hanya di balas anggukan oleh Sandra seraya meneguk minuman ke tiganya.
"Selamat ulang tahun, astaga gue lupa beneran sumpah" imbuh Audi seraya mengacungkan jarinya membentuk huruf V.
Sandra mengangguk paham, "Sejak gue kenal sama kalian di bangku SMP sampai kita SMA bukanya lo nggak pernah ingat kapan ulang tahun gue?"
Kanaya dan Audi beradu pandang lalu nyengir bersamaan.
"Lo kalau ngomong suka bener" jawab Audi.
Entah persahabatan seperti apa yang mereka jalin tapi seperti itulah mereka, mereka selalu bersama sama untuk bersenang-senang tapi mereka tidak pernah tau ada apa di balik semua kesenangan itu.
Sandra merasa persahabatannya selama ini terasa palsu tapi tak mengapa ia tidak pernah keberatan karena ia sudah terbiasa dengan hidup seperti itu. Keluarga, saudara, sahabat, bahkan hidupnya sendiri terasa palsu baginya.
Seandainya Sandra di beri pilihan ia pasti tidak akan memilih untuk hidup dari pada harus menjalani kehidupan seperti sekarang ini.
"Gimana kalau malam ini kita party?" Sandra merangkul kedua temannya seraya menaik turunkan alisnya.
Audi dan Kanaya tampak berpikir namun Sandra tidak menerima penolakan dari temannya, "Yang penting kita happy..." Sandra menuntun kedua temannya menuju lantai dansa.
Tanpa babibu kedua temannya ikut meliuk-liukan tubuhnya mengikuti dentuman musik yang menggema memenuhi sudut ruangan.
Beberapa menit kemudian...
Sandra menghentikan kegiatannya ketika melihat lelaki yang sangat familier itu duduk di sebuah kursi bar. Lelaki itu adalah Alkana, cowok yang terbilang cupu di sekolah tapi nyatanya saat berada di tempat ini ia berubah sebagai cowok sejati dengan tingkat ketampanan diatas rata-rata.
Sandra mengucek matanya mencoba meyakinkan apa yang ia lihat, namun ia memang tidak salah lihat lelaki itu benar-benar Alkana.
"Boleh juga tu cowok" Sandra menyunggingkan senyumnya lalu memisahkan diri dari teman-temannya mendekati dimana Alkana berada. Sayangnya di saat yang bersamaan ada beberapa wanita penghibur yang datang menghampiri cowok itu.
Wanita itu bergelayut manja seraya memeluk lengan Alkana namun cowok itu hanya terpaku menatap layar ponselnya tanpa mempedulikan ketiga wanita yang tengah mengelilinginya.
Sandra mengurungkan niatnya, tapi bukan karena wanita penghibur itu melainkan karena ia terheran melihat Alkana yang tampak sudah terbiasa dengan kehadiran wanita itu.
"Gue mau ke toilet" kata Alkana pada wanita itu, namun bukannya wanita itu memberi jalan malah menyandarkan kepalanya di pundak lelaki itu.
"Mau di temenin nggak" salah satu wanita itu menawarkan diri.
"Nggak" Alkana menjawab malas seraya melepaskan diri dan beranjak menuju toilet.
Melihat Alkana akan berjalan kearahnya Sandra bergegas bersembunyi di tengah orang-orang yang sedang berjoget. Setelah Alkana berlalu Sandra mengikuti lelaki itu sampai ke toilet. Entah apa tujuannya, namun rasa keingin tahuannya tentang lelaki itu seketika menggebu-gebu.
Alkana berbelok menuju toilet pria sedangkan Sandra hanya berhenti di persimpangan antara toilet pria dan wanita. Tak berapa lama kemudian datang dua orang lelaki sangar yang memasuki toilet pria, Sandra hanya berdiri di sisi jalan dan berpura-pura menelpon seseorang, kerena kedua lelaki itu tampak mencurigai keberadaannya.
"Lo bawa pesanan gue?" ujar suara lelaki itu pada seseorang yang dapat Sandra dengar dari luar.
"Bawa" lawan bicaranya menjawab dan Sandra yakin itu adalah suara Alkana.
"Lo yakin di sini aman?"
"Yakin, biasanya gue juga di sini."
"Mana..."
Setelah itu Sandra tidak mendengar apa-apa lagi, entah apa yang di lakukan Alkana pada kedua lelaki sangar itu Sandra tidak tau pasti tapi yang jelas ada satu hal yang Sandra ketahui, di balik sikap dingin seorang Alkana ia menyembunyikan sisi gelap yang mungkin bisa menggegerkan seisi sekolah.
Cklek
Alkana keluar bersama dua lelaki sangar sampai Sandra terkejut dan belum sempat menghindar.
"Siapa dia?" lelaki bertato di lengan menatap Sandra penuh selidik.
Sandra terdiam kaku ia merasa seperti maling yang tertangkap basah.
Alkana melirik Sandra sekilas. "Dia wanita penghibur," sahut Alkana enteng lalu berjalan melewatinya.
Sandra mengumpat dalam hati melontarkan sumpah serapah untuk Alkana, lelaki itu tidak mungkin tidak mengenalnya mengingat Sandra sangat populer di sekolah.
Lelaki bertato itu mengangguk lalu mengikuti Alkana tapi tidak dengan satu temannya.
"Sendirian aja cantik?" lelaki besar tinggi itu menatap Sandra kurang ajar.
"Boleh kenalan nggak?" Sandra terkejut ketika lelaki sangar itu menyentuh dagunya secara tidak sopan seraya menipiskan jaraknya.
Sandra mendorong lelaki itu lalu berlari keluar. "Hey cantik mau kemana!" panggil lelaki itu namun Sandra tidak peduli ia terus berlari keluar dari tempat terkutuk itu.
Tidak mudah untuk melewati puluhan orang yang ada di sana, Sandra sudah beberapa kali menabrak seseorang tapi ia tetap berlari karena lelaki sangar itu masih mengejarnya. Sampai pada akhirnya...
Bruk
Sandra menabrak seseorang namun ia yang terpental dan jatuh tepat di depan pintu.
"Tangkap perempuan itu..!" perintah lelaki kurang ajar pada seseorang, Sandra yang masih tertunduk langsung mendongak menatap lelaki itu.
"Al.." desis Sandra lirih.
Alkana membungkuk menarik Sandra berdiri lalu mencengkram lengan gadis itu.
"Al lepas..." Sandra meronta, ia pikir Alkana akan menolongnya tapi dugaannya salah.
Preman itu tersenyum penuh kemenangan lalu mendekati Sandra, "Mau kemana cantik" Preman itu menatap Sandra dengan cara yang menjijikkan.
"Al lepas... gue mohon..." Sandra terus meronta seraya menatap lelaki yang masih memasang wajah datar itu dengan tatapan meminta pertolongan tapi apalah daya Alkana tidak mempedulikan gadis itu.
"Kita bersenang-senang malam ini" ucap preman itu di iringi gelak tawa.
Karena Alkana tidak kunjung melepaskan dirinya Sandra hanya bisa pasrah dan bersembunyi di balik tubuh Alkana, tak lama kemudian Alkana bersuara.
"Dia cewek yang udah gue boking."
Sandra mendengar sedikit ketenangan di sana, tapi di balik ketenangan itu tersirat sebuah penghinaan baginya.
"Dia pikir gue wanita penghibur?" Batinnya.
***
Sampai di sini dulu ya jangan lupa
tinggalkan komentar :)
KAMU SEDANG MEMBACA
NEVER
Teen FictionSetelah menciumnya secara tidak sopan Alkana juga memaksa Sandra menjalin hubungan denganya. Sebuah kegilaan yang tak mungkin di lakukan oleh gadis itu. Namun siapa sangka waktu dapat mengubah segalanya. Scandal yang menimpa gadis itu membuatnya te...