06

275 26 5
                                    

Selain Jaemin yang dihukum di gua salju, Jeno juga terkena hukuman karena menghilangkan topengnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selain Jaemin yang dihukum di gua salju, Jeno juga terkena hukuman karena menghilangkan topengnya. 

"Karena kamu sudah melanggar peraturan utama Istana Mei Gui, kamu akan mendapat hukuman." Ujar Hansol seraya Jeno berlutut di hadapannya untuk menerima hukuman. 

"Saya akan menerima hukuman itu karena saya terlalu ceroboh dan menghilangkan topeng saya." Jawab Jeno sudah siap mendapatkan hukuman. 

"Bagus, tentu saja kau tahu bukan hukuman apa yang akan kamu hadapi?" Tanya Hansol. Jeno mengangguk menjawab pertanyaan Hansol. 

"Saya akan mendapatkan 13 siksaan karena melanggar hukum utama Istana Mei Gui." Jawab Jeno. 

"Oke, silahkan dimulai. Min Hyung karena kamu ahli waris tahta Istana Mei Gui, kamulah yang akan menghukum adikmu yang nakal ini. Silahkan." Kata Hansol memberikan sebuah pemukul yang berbentuk seperti centong nasi tetapi memiliki gagang yang panjang dan terbuat dari kayu. 

Min Hyung sebenarnya tidak tega juga menghukum adiknya karena ini semua juga tidak disengaja tetapi karena ia sudah melanggar hukum istana Mei Gui ia terpaksa memberikan adiknya tiga belas pukulan dan sisanya akan dilakukan saat disidang oleh sang ayah. 

"Jeno, maafkan aku." Gumam Min Hyung memberikan pukulan itu pada Jeno. Jeno yang menerima pukulan itu tidak berkata apa-apa dan menerima saja karena memang ini salahnya, karena ia terlalu ceroboh. 

"Hukuman yang berikutnya akan diberikan saat kita kembali ke istana Mei Gui. Mungkin kita pulangkan saja dia dulu ke sana agar di proses oleh ketua." Kata Hansol, tetapi seorang guru dari istana Mei Gui berkata lain. 

"Tapi kan Jeno sudah mendaftar ulang untuk perlombaan pedang dan sihir. Jika membawanya kembali itu sama aja seperti kita mengundurkan diri dari perlombaan." Jelas guru itu. 

"Ah benar juga, itu kan tujuan kita ke sini ya? Untuk acara musim semi. Untung saja kau mengingatkanku." Jawab Hansol tertawa kecil. "ya sudah, lagipula ketua dan suaminya akan hadir, biar mereka saja yang mengurus ini." lanjutnya lalu berjalan pergi. 

Setelah pukulan ketiga belas, Min Hyung langsung mengajak adiknya masuk ke kamar dan menyembuhkannya. 

"Selain ini kamu juga akan ada hukuman lain lho, apa kamu sudah tahu jalan keluarnya?" Tanya Min Hyung. 

Jeno tidak menjawab kakaknya sama sekali karena sejujurnya ia sendiri tidak tahu. Bayangkan saja seorang anak berumur enam belas tahun sudah melanggar hukum utama klannya sendiri, sudah pasti ia tidak tahu jalan keluarnya. 

"Menurut kakak sih kamu coba ikutan misi saja, kakak dengar dari Klan Shizi akan ada misi membunuh seekor burung elang raksasa. Mungkin kalau kamu ikut, itu akan mencetak sebuah prestasi dan papi akan memaafkan kamu." Lanjut Min Hyung. Jeno hanya mengangguk seraya kakaknya masih sibuk mengobatinya. 

Di saat yang sama, Jaemin masih terkurung di dalam gua es itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di saat yang sama, Jaemin masih terkurung di dalam gua es itu. Suhu yang dingin membuatnya menggigil dan begitu lemah tetapi ia tidak dapat merasakan itu. Ia tahu tubuhnya menggigil dan ia melihat dirinya semakin lama semakin pucat, bahkan jari-jarinya sudah membiru karena betapa dinginnya gua salju itu, bibirnya juga semakin kering dan mungkin jika ini berlanjut terus bibir itu akan berdarah saking keringnya. 

Tiba-tiba ia merogoh kantongnya dan melihat serpihan cermin yang ia ambil dari kolam terlarang. Ia lagi-lagi menatap cermin itu dan ia melihat hal yang sama. Dirinya menghunus pedang pada seseorang pada sebuah perang di alam surgawi. Ia juga melihat Haechan yang membantunya membasmi musuh-musuh itu. 

'Kok ada Haechan juga...' Pikir Jaemin kebingungan. 

Belum sempat ia melakukan apapun, tiba-tiba angin itu datang lagi dan menghempaskannya cukup jauh sampai ia terjeduk batu besar. Jaemin sejujurnya sudah lelah dengan ini semua dan memutuskan untuk tidur karena ia sudah mengantuk. 

Tanpa ia ketahui, Guanlin dan saudara-saudaranya sedang dalam perjalanan untuk mengunjunginya sambil membawa keranjang besar penuh makanan, minuman dan baju hangat agar Jaemin tidak terkena penyakit. Tetapi, dalam perjalanan mereka melihat Kun yang berusaha menyegel kolam itu lagi. 

"Aduuuh kenapa harus ada Pak Kun sih?!" Rengek Shotaro begitu melihat gurunya. 

"Semuanya diem, shuush!" Tegur Dejun seraya mereka bersembunyi di semak-semak. 

Ternyata di sana, Kun memang sedang menyegel kolam terlarang Shizi untuk selamanya agar kolam itu benar-benar terkunci. Mereka juga melihat orang tua mereka di sana sedang membantu Kun. 

"Tumben sekali ini susah untuk disegel." Ujar Kun saat lagi-lagi gagal menyegel kolam itu. 

"Kok bisa ya? Padahal selama ini segelnya kuat sekali dan jarang sekali orang dapat membukanya. Seharusnya bisa ditutup lagi dong, kan kamu yang buat segelnya, Kun." Sahut Sicheng. 

"Berdasarkan cerita Jaemin dia lah yang membuka segel ini secara tidak sengaja. Jadi harus dia dan aku yang menyegel ini. Pak Nakamoto, apakah mungkin untuk membebaskan Jaemin agar ia dapat menyegel kolam ini?" Tanya Kun pada Yuta. 

"Sekarang ia masih menjalani hukuman selama tiga hari, mungkin setelah hukuman itu selesai baru boleh karena gua salju itu sangat dingin." Jawab Yuta. 

"Baiklah pak, saya mengerti." Kata Kun. "Sebenarnya Jaemin memiliki potensi untuk menjadi seorang kultivator yang hebat pak, hanya saja dengan inderanya yang lemah ia menjadi lebih lambat dari murid-murid yang lain." Cerita Kun tiba-tiba. 

"Saya juga setuju kok. Menurut saya anak saya sangat berpotensi untuk memiliki sihir hanya saja inderanya yang lemah itu membuatnya kesulitan untuk belajar." Sahut Yuta setuju. 

"Untuk sementara, kita suruh bawahan kita saja untuk menjaga kolam ini. Setidaknya sampai Nana kembali untuk menyegel kolam ini." Saran Sicheng. 

"Sangat bisa, saya setuju dengan perkataan Tuan Dong." Kata Kun yang masih belum bisa memanggil Sicheng dengan marga barunya. 

"Ya ampun, aku sudah lama berganti marga lho. Panggil pakai Nyonya Nakamoto juga gak papa, kok." Komentar Sicheng tertawa kecil. 

"Saya belum terbiasa soalnya, hehe..." Jawab Kun tersenyum canggung. 

Kembali ke anak-anak Nakamoto dan Guanlin, mereka tentu saja semakin bingung dengan perkataan orang tua dan guru mereka. Menyegel kolam bersama Jaemin? Emangnya bisa? Kalau bisapun mengapa harus Jaemin? 

"Jadi harus Nana gitu yang nyegel kolamnya?" Tanya Renjun. 

"Kayanya sih, aduh kasihan Nana... aku gak tega dia harus menyegel kolam itu. Bikin segelnya aja susah lho." Sahut Dejun.

"Kasihan Kak Nana... Kak, Taro gak tega kak! Kita harus gimana? Masa baru keluar dari gua salju langsung disuruh nyegel kolam!" Protes Shotaro. 

"Ya maka itu kita bawain dia makanan dan baju hangat biar dia gak kenapa-napa." Jawab Guanlin. 

Ketiga saudara itu mengangguk dan mereka melanjutkan perjalanan mereka ke dalam gua salju dengan harapan Jaemin masih hidup dan tidak kenapa-napa. 

 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pandora's BoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang