12

212 21 0
                                    

Di Gunung Yami, Jaemin, Jeno, Kun, Hendery dan Dejun masih bersembunyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di Gunung Yami, Jaemin, Jeno, Kun, Hendery dan Dejun masih bersembunyi. Mereka juga menjelajahi isi gua di dalam gunung itu berharap ada tempat yang aman untuk bersembunyi. Tiba-tiba Dejun mendengar suara cipratan air dan reflek langsung menghunus pedangnya. Ternyata ia melihat Chenle yang sedang berenang. 

"Ada iblis!" Seru Dejun. 

"Kak, jangan dibunuh!" Seru Jeno menahan pedang Dejun. 

"Lho kenapa?! Kan dia iblis!" Tanya Dejun tidak terima. 

"Ia iblis yang tidak bersalah, jangan kamu bunuh. Lagipula iblis bawah laut tidak akan melakukan apa-apa untuk kami yang ada di darat." Jawab Kun sebelum Jeno dapat menjawab. 

Sementara itu, Jaemin masih mencium aroma iblis elang itu dan semakin lama semakin kuat, Hendery yang ada di sampingnya pun penasaran dan bertanya ia membaui apa. 

"Kak, sepertinya elang itu semakin dekat." Ujar Jaemin seraya lanjut membaui iblis itu. 

Hendery yang mendengar ucapan Jaemin langsung bersiap-siap, ia memanggil pedangnya dan menyuruh yang lain bersiap juga. Kun juga mempersiapkan pedangnya, ia bahkan mengisi pedang itu dengan energinya agar perpedangan dan sihirnya bersatu. Jeno yang lebih pintar dalam hal sihir memutuskan untuk menyimpan energinya agar ia dapat mengeluarkan sihir yang kuat. Sedangkan Dejun melakukan hal yang sama dengan Hendery, ia langsung memanggil pedangnya serta memegang kantung penuh garam pada kantung bajunya agar bisa ditebarkan pada iblis itu. 

Kelima anggota tim ini semua siaga dengan kehadiran iblis elang raksasa. Jaemin yang tidak memiliki kekuatan apa-apa juga mengeluarkan peluit pengusir iblis yang diberikan babanya untuk berjaga-jaga. Tidak lama dari itu, mereka mendengar suara elang dari dekat dan melihat batu-batu gua di gunung Yami terjatuh sedikit demi sedikit. 

"Ah, burungnya sudah datang!" Seru Jaemin mengenali suara elang itu. 

Semakin lama semakin banyak batu jatuh dan terlihat paruh raksasa milik elang itu. Jeno sebagai pengguna sihir maju terlebih dahulu dan membuat tameng untuk menjaga mereka agar tidak terserang.

"Dejun, Hendery, taburkan garamnya! Ia sudah terpojok!" Minta Jeno.. Persetan dengan honorific yang penting misi harus berjalan.

Dejun dan Hendery mengangguk dan sama-sama hendak menaburkan garam itu tetapi belum sempat tertabur, mereka langsung terhempas oleh sayap burung elang itu dan mental cukup jatuh. 

"Kak Dejun!!" Teriak Jaemin saat melihat kakaknya terlempar begitu saja. 

"Awas kamu ya!" Seru Jaemin tidak terima dan meniupkan peluit pemberian babanya untuk menyakiti telinga elang itu. 

"Jaemin! Panggil pedangmu!" Minta Kun.

Jaemin mengangguk seraya memanggil pedangnya, sayang sekali pedang itu tidak akan berguna karena tidak ada sihirnya. 

"Kak Kun, ini hanya pedang biasa! Apakah bisa?" Tanya Jaemin. 

"Tidak usah banyak tanya! Ini mendadak! Energi kami akan segera habis!" Seru Kun. 

Pandora's BoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang