28

163 15 0
                                    

Hari ini adalah hari terakhir Jaemin berada di puncak gunung Shizi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini adalah hari terakhir Jaemin berada di puncak gunung Shizi. Ia sudah berhasil mengontrol api birunya. Ia bahkan dapat mengatur seberapa besar api yang dapat ia keluarnya. Gurunya, Kun tentu saja terlihat sangat bangga atas pencapaian Jaemin. Anak ini juga sudah bisa menggunakan pedang biarpun masih di level murid, tetapi itu tidak masalah karena Jaemin sudah sepenuhnya menjadi muridnya. Tetapi dari segala pencapaian itu, Jaemin belum sepenuhnya bisa melakukan mantra tanpa perasaan karena ia masih kepikiran kakak-kakaknya serta Jeno. 

"Kak...Nana masih belum bisa...gimana dong?" Tanya Jaemin. 

"Gak papa, yang penting kamu sudah bisa mengontrol kekuatan api biru dan keahlian pedangmu sudah cukup meningkat. Pelatihan privat kita sudah selesai tetapi kamu tetap menjadi murid saya." Jawab Kun. 

"Oooh, jadi aku tetap ikut kelas Kak Kun yang ramai itu dong..." Ujar Jaemin lirih karena ia tidak terlalu suka keramaian dan jadwal kelas itu pagi sekali. 

"Kan saya sudah bilang, kelas kamu sama saya ada di sore hari. Jadi kamu tidak usah bertemu dengan yang lain. Saya juga sudah izin pada ayahmu dan ia perbolehkan." Kata Kun. 

"Ooh gitu... Oh iya Kak! Tadi pas baca buku, Nana menemukan buku ini." Kata Jaemin menunjukkan sebuah buku yang menceritakan tentang cermin pengingat. Mata Kun langsung melebar dan merampas buku itu. 

"Kamu dapat buku ini dari mana?!" Tanya Kun. 

"Dari rak buku kakak... Mirip sekali dengan pecahan cermin ini." Jawab Jaemin menunjukkan pecahan cermin yang ada di kantungnya. 

"Jaemin, nanti pas pulang di buang ya cerminnya? Itu cermin dari neraka dan tidak seharusnya kamu pegang-pegang karena itu bertentangan dengan mantra yang sedang kamu pelajari." Nasihat Kun. 

"Tapi Kak, begitu Nana pegang cermin ini Nana bisa merasakan makanan lagi. Artinya cerminnya bagus dong!" Sahut Jaemin dengan polos. 

"Ranah neraka memang selalu melakukan itu pada manusia. Mereka menggoda manusia itu dengan hal-hal baik tetapi itu tidak sepenuhnya baik. Jaemin tetap mau ada di sisi terang kan? Gak bakal ikut iblis kan?" Tanya Kun. 

"Nana gak mau ikut ranah iblis, Kak! Percuma dong Nana belajar kalau akhirnya ikutan sama iblis!" Sangkal Jaemin. 

"Nah makanya, kamu pas pulang langsung buang pecahan cermin itu. Kalau kamu buang di sini nanti orang lain yang dapat dan mereka akan terkena masalah. Buangnya di rumah ya?" Minta Kun. Jaemin pun mengangguk dan menuruti perintah Kun seraya ia memasukkan cermin itu ke kantungnya. 

"Kak, Nana masih boleh pakai loncengnya gak?" Tanya Jaemin. 

"Boleh aja, tapi hati-hati ya. Kamu biarpun berhubungan dengan mereka kamu tetap harus berlatih mantra ini." Jawab Kun. "udah yuk kita packing terus pulang. Pasti keluargamu rindu sekali padamu." 

Jaemin pun mengangguk dan membereskan barang-barangnya untuk pulang bersama Kun. Dalam perjalanan tiba-tiba Kun bertemu dengan seorang murid yang belajar pada tetua Oh. Ternyata perempuan ini menyatakan perasaan pada Kun. 

Pandora's BoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang