03

336 36 9
                                    

Seraya Jaemin berlari ke penginapan Mei Gui, di penginapan itu Jeno sedang memeriksa baju yang tadi kena kotoran dan akan dibersihkan Jaemin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seraya Jaemin berlari ke penginapan Mei Gui, di penginapan itu Jeno sedang memeriksa baju yang tadi kena kotoran dan akan dibersihkan Jaemin. Ternyata Jaemin mengatakan yang sebenarnya, bajunya itu memang kotor! 

"Astaga... harusnya tadi aku terima tawaran dia. Untung saja tanah kering..." Gumam Jeno. 

Tiba-tiba ia mendengar sebuah ketukan pintu. Jeno yang sekarang hanya menggunakan dalaman (Dalaman hanfu putih) dan celana karena outernya kotor pun menghela napas dan membuka pintu dan menemukan Jaemin di depan pintu memegang segel klannya. 

"Kenapa kamu ke penginapanku?" Tanya Jeno. 

"Nih, tadi segel klan kamu ketinggalan. Kayanya tadi di lempar sama Yang Yang." Jawab Jaemin memberikan segel klan itu pada Jeno. 

"Terimakasih. Kamu masih ada perlu apa?" Tanya Jeno pada Jaemin yang tidak beranjak pergi sekalipun. 

"Enggak sih. Nana mau bilang terimakasih saja karena udah bantuin Nana. Sampain terimakasih juga ya ke kakakmu soalnya udah belain Nana dan Kakak Nana." Ujar Jaemin tersenyum manis pada pria bertopeng ini. 

Jeno mengangguk dan langsung menutup pintu kamarnya. Jaemin yang ditinggal di luar pun cemberut karena sifat dingin Jeno. 

"Iih! Langsung ditutup!" Rengek Jaemin. 

Seketika pintu di buka lagi, kali ini ia disambut oleh Min Hyung, 

"Aduh, Nana, maafin Jeno ya? Dia soalnya orangnya rada pemalu. Tadi dia sudah menyampaikan rasa terima kasih kamu. Sama-sama." Ujar Min Hyung. 

"Oooh dia pemalu toh... Gak papa kok. Nana bakal tetap temenan sama Jeno! Soalnya Jeno baik dan mau bantuin Nana." Jawab Jaemin dengan polosnya. 

"Walaupun ia seorang alpha?" Tanya Min Hyung. 

"Kak Guanlin juga alpha tapi aku temenan kok sama dia. Gak papa lah, memang hubungannya apa?" Jawab Jaemin bertanya balik. 

"Kak, udah lah! Tutup aja pintunya!" Minta Jeno. "Dan satu lagi, Nakamoto Jaemin, kita gak akan berteman. Aku hanya berbuat baik padamu karena kamu meminta dan suaramu itu mengesalkan jadi biar kamu diem aku bantuin." Lanjutnya pada Jaemin dan langsung menutup pintu membuat Jaemin cemberut dan duduk di depan pintu itu. 

"Dingin banget sih jadi orang!" Hujatnya lalu kembali ke rumahnya. 

Dalam perjalanan pulang, Jaemin melihat ayahnya, Yuta terbang tepat di atasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dalam perjalanan pulang, Jaemin melihat ayahnya, Yuta terbang tepat di atasnya. Seketika itu juga Jaemin berusaha mencari persembunyian karena sang ayah pasti sangat khawatir dan langit juga sudah semakin gelap saat itu, iya, Jaemin takut dimarahi ayahnya.

Sementara itu Yuta yang ada di langit melihat ke bawah dan melihat anaknya sedang berusaha bersembunyi. Pria ini menghela napas dan mendarat tepat di hadapan anaknya.

"Nana..." Panggilnya. 

"A-ayah?! Kok Ayah bisa tahu Nana di mana?!" Tanya Jaemin. 

"Ayah kan terbang, kelihatan lah." Jawab Yuta. "kamu ngapain sampai sembunyi gitu? Segel Jeno udah kamu kasih?" 

"U-udah ayah... Cuma aku takut ayah marah karena Nana pulangnya telat..." Jawab Jaemin menunduk takut akan amarah sang ayah. 

"Ayah mana marah sih sama kamu. Ayah tuh nyusul karena khawatir." Jelas Yuta mengusap rambut anaknya ini. "Udah yuk pulang, besok kamu juga harus siap-siap buat acara musim semi. Ini juga udah sore banget, mereka udah nyariin kamu." 

Jaemin mengangguk lalu ikut dengan ayahnya untuk terbang kembali ke kediaman Nakamoto. Begitu sampai, Jaemin melihat sebuah kue besar tepat di hadapannya. Ternyata itu adalah kue dari Hendery, anak dari Pak Seo, ketua sekte Mao. 

"Besar sekali kuenya!" Seru Jaemin saat melihat kue itu. 

"Siapa dulu dong yang kasih! Ko Dery!" Sahut seorang lelaki seumuran dengannya.

"Kok tumben kasih kue? Biasanya kasih perhiasaan..." Ujar Jaemin tanpa berpikir karena kakaknya Dejun sering mendapatkan hadiah perhiasaan dari pria ini dibanding kue. 

"Hus, Nana!" Tegur Dejun yang ditanggapi dengan Nana yang cengengesan. 

"Lagi pengen aja dek, kan sekalian mengucapkan terimakasih karena boleh pakai gedung acara kalian untuk acara musim semi." Jelas Hendery. "Ya kan, Chan?" 

"Iya, Ko Dery bener. Sekalian juga, Echan mau temenan sama adik-adiknya Kak Dejun." Jawab Haechan. 

Senyuman pada wajah Jaemin seketika melebar saat mendengar kata teman. "Temenan? Echan mau temenan sama Nana?" 

"Ya iya lah! Masa enggak! Kita kan sesama cultivator, masa gak temenan! Gimana sih kamu, Na?!" Sahut Haechan cemberut. 

"Tapi Nana cuma bisa buat obat..." Ujar Jaemin. 

"Heh, mending kamu bisa buat obat. Daripada kaya Yang Yang! Nyombong doang bisa, ketemu dua saudara Jung sama bapaknya ciut!" Julid Renjun. 

"IIh kalian gak tahu saja! Tadi pas lewat dia juga gangguin Echan tahu!" Tanggap Haechan ikutan julid

"Siapa gangguin kamu dek?" Tanya Hendery kebingungan karena selama ini belum ada yang berani menganggu sekte Mao, apalagi Haechan yang memiliki skill sihir setinggi Maenya. 

"Itu Ko, si Yang Yang. Ya terus karena dia bawel banget aku hempaskan ke tembok." Jawab Haechan mengundang tawa dari teman-teman barunya. 

"Keren banget kamu, Chan! Coba aja kita bisa kaya gitu ya..." Ucap Dejun terpukau dengan keahlian calon adik iparnya. 

"Kalau latihan pasti bisa kok." Suara lembut dari Ten dapat terdengar, membuat anak-anak ini langsung menengok ke arahnya. "Ayo, makan dulu. Babamu sudah buat makan tuh." Katanya pada anak-anak Nakamoto, kecuali Shotaro yang sedang membantu bundanya masak. 

"Yeeey makan!" Sorak Jaemin walaupun ia tidak merasakan makanan yang akan ia santap. 

 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pandora's BoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang