40

141 10 0
                                    

Setelah mencari ke sana kemari, akhirnya mereka menemukan letak mata formasi, yaitu kunci untuk jalan keluar mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah mencari ke sana kemari, akhirnya mereka menemukan letak mata formasi, yaitu kunci untuk jalan keluar mereka. Jeno langsung beraksi dan menghancurkan mata formasi itu, mengundang pujian dari Hendery yang kagum dengannya. 

"Gila! Mantap banget nih, si Jeno! Pantesan aja Kastil Mei Gui minta murid-muridnya pakai topeng, kalau gak ada topeng banyak yang nempel." Puji Hendery sekaligus bercanda.

"Ini bukan waktunya bercanda, Kak." Tegur Jisung. 

"Tsk. Jen, anak-anak kastil Mei Gui kok kaku amat sih? Kaya Kanebo kering!" Ucap Hendery pada Jeno yang hanya tersenyum bingung.

"Uh... gak tahu?" Jawab Jeno. "Ah, pintunya sudah terbuka. Hati-hati semuanya, sepertinya ruangan ini penuh perangkap." 

Semuanya pun mengangguk seraya mereka mengikuti Jeno keluar dari ruangan pertama ke ruangan berikutnya. Benar saja perkataan Jeno, di ruangan tersebut masih banyak sekali jebakan yang menunggu mereka. Salah langkah, bayarannya langsung nyawa!

"Aduh Nana udah keluar belum ya? Apa dia baik-baik saja?" Gumam Dejun seraya ia menghindar dari pisau yang melesat ke arahnya. 

"Kalau sudah keluar pasti dia sudah bertemu Kak Min Hyung, Karina dan Renjun." Jawab Jeno. "Ko Dery, nunduk!" seru Jeno. Hendery dengan bingung menuruti Jeno dan ternyata ia hampir terkena bola tajam dari sebuah pendulum. 

"Tapi Nana gak mungkin langsung kabur sih. Kalau langsung kabur begitu namanya bukan Nana." Tambah Jeno membuat teman-temannya menatapnya dengan aneh. 

"Iya deh yang paling bucin iyaaaaa~" Goda Jisung. "hati-hati kumat lho penyakitnya." 

"Daripada kamu, godain orang bisa, cari pacar gak bisa!" Sahut Jeno. 

"Dih! Emang udah jadian?" Ledek Jisung. 

"Heh awas kalian!" Seru Dejun "Nunduk!" 

Jeno dan Jisung menuruti perkataan Dejun, ternyata lagi-lagi ada pisau yang melesat ke arah mereka. 

"Makanya, kalian jangan bercanda terus dong! Ini ruangan penuh jebakan tahu!" Tegur Dejun. "aduh, bisa habis kesabaran aku sama kalian!"

"Yang sabar ya, Kak." Kata Guanlin. 

"Setidaknya kamu masih waras." Sahut Dejun menghela napas. 

 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pandora's BoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang