Malam yang berbeda

6.9K 236 0
                                    


"Tuhan menghadirkan cinta, maka abadikanlah  cintanya dengan mencintainya pula."

Matahari telah berpulang, mengantarkan malam pada sang bumi yang sedang menunggu petang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matahari telah berpulang, mengantarkan malam pada sang bumi yang sedang menunggu petang. Malam ini sedikit berbeda karena malam ini tidurnya tidak lagi sendirian, ada seseorang yang menemaninya bangun dan sholat bersama. Indahnya berumah tangga, menurut laki-laki itu.

Ridwan tersenyum lebar, mimpinya berlahan-lahan ia raih, menikah dengan seseorang yang mencintainya. Walaupun jika boleh jujur dirinya belum menemukan cintanya, ia bertekat dari sekarang dia harus memupuk cintanya pada istrinya kecilnya—Haliyah.

"Taruh di sana aja, Dek!" Haliyah menoleh saat melihat laki-laki itu di belakangnya. "Taruh di mana, Mas?" tanya Haliyah.

Ridwan tidak Malu untuk memeluk Haliyah sekarang, walaupun mereka baru menikah. Haliyah sangat ingin tertawa, dulu di tolak dengan kasar tapi sekarang malah di sayang.

Ridwan mengeratkan pelukannya, menaruh dagunya di pundak Haliyah. Gadis itu terdiam, deru napas suaminya begitu membuatnya nyaman sangat nyaman. Mengalun sempurna hingga membuatnya lupa diri.

"Dek!" panggil Ridwan.

"Iya."

Ridwan membalikkan tubuh istrinya, mengambil kado yang lumayan besar di tangannya. "Naruh dulu."

Haliyah menyengir polos. "Maaf, Mas. Liyah suka ceroboh sama pelupa."

Ridwan menarik hidung istrinya. "Engga apa-apa, Dek. Kita sudah menikah dan tentu aja saling mengingatkan satu sama lain. Kalau kamu lupa, cari Mas juga sebaliknya. Kita sama-sama belajar untuk ke depannya."

Haliyah mengangguk sembari menatap laki-laki itu. "Iya, Mas."

Ridwan duduk di pinggir ranjang, tangannya menarik tangannya Haliyah untuk duduk di sampingnya. "Duduk di sini. Mas, mau bicara sama kamu lumayan serius."

Istrinya mengangguk, duduk di sampingnya. Tangannya di raih oleh Ridwan dan mengenggamnya.

"Dek mau kuliah?" tanya Ridwan.

Haliyah menoleh kearah Ridwan. "Mas engga ngelarang Liyah kuliah?" Mata gadis itu berembun, laki-laki itu menggelengkan kepalanya dengan cepat. Menyentuh pipi istrinya dengan lembut dan berkata. "Mas engga berani larang kamu, Dek. Mas engga punya hak lebih apalagi itu cita-cita kamu, Mas memang suami kamu  tapi Mas juga engga bisa larang kamu, kalau Mas larang kamu. Apa kata orang tua kamu, Mas dukung apa mau kamu, apalagi itu meraih cita-cita kamu, Dek."

Haliyah memeluk tubuh suaminya. "Makasih, Mas. Liyah kira Mas larang Liyah kuliah."

Ridwan mengecup puncuk rambut yang di tutupi oleh kerudung instan miliknya yang kemarin dia bawa. "Engga kok, Dek."

Mas Rid! Nikah, yuk?  (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang