Senyuman indah muncul di wajah ayu Haliyah, matanya menatap lekat buah hatinya yang sedang berjalan walaupun belum terlalu lancar. Putranya tidak lagi harus ia bantu, tidak ia tuntun. Haffa masih terjatuh jika tidak seimbang, ketika berjalan sedangkan Haffi sedang duduk di sampingnya sembari memainkan tangan kecilnya. Putrinya belum berjalan, Haffi masih merangkak ke sana kemari.
Usia kandungannya udah masuk bulan ke sembilan, perut sudah berat jika ia berdiri. Pinggangnya juga seperti akan copot dan juga panas. Suaminya masih bekerja di cafe walaupun tidak Full, laki-laki itu selalu pulang setengah hari. Semua pekerjaannya di bawa ke rumah seperti kala ia hamil s kembar.
Saat ini, Haliyah sedang menunggu suaminya pulang. Biasanya suaminya selalu pulang waktu istirahat, ia membiarkan Haffa berlari ke mana kemari. Perkarangannya rumahnya cukup luas untuk bermain, apalagi rumahnya tidak terlalu ramai.
Haliyah memberi putrinya biskuit, Haffi langsung memakannya. Haffi yang tadinya fokus dengan biskuitnya kini mengangkat kepalanya saat mendengar suara mobil. Biskuit yang di pegangnya jatuh, ia mulai merengek.
Putrinya seperti ingin turun. Haliyah sesekali mengendong s kembar walaupun tidak lama, apalagi saat ini bobot s kembar bertambah besar. Ridwan keluar dari mobil sembari tersenyum lebar.
Ia mengangkat tubuh Haffa dan mengajaknya terbang. Haffi menangis di samping istrinya. Ridwan segera menghentikannya. "Sini biar sama Mas aja, kamu duduk."
Haliyah mengangguk. Ridwan mengendong mereka sekaligus, Haffa di kanan dan Haffi di kiri. Mereka juga mulai berbicara sedikit sedikit, kadang-kadang meniru ucapan.
"Mammamama." Haffa mengoceh memanggil Haliyah.
"Coba baba gitu."
"Baba."
"Mmama."
"Baba."
"Mmamaa."
Ridwan mengajaknya mereka berlari, haliyah memperhatikan suaminya hanya tersenyum sembari mengusap perut yang membuncit. Tendangan di dalam perut bisa ia rasakan, sepertinya bayi di perutnya ingin juga bermain seperti kakak-kakaknya. "Adek mau main juga," ucap Haliyah sembari melihat kearah perutnya.
Anak ketiga mereka adalah perempuan, mereka mempunyai satu laki-laki dan dua perempuan. Kelak Haffa bisa menjaga adik-adik dengan baik dan saling mengasihi satu sama lainnya.
Kila sudah di lamar oleh seseorang, laki-laki itu sama seperti Dave. Mualaf dan juga laki-laki juga sepupu jauhnya Dave, jodoh tidak ada yang tau. Kemana cinta akan berlayar nanti, penantian tidak akan sia-sia jika menanti dengan ikhlas.
Tawa dari s kembar begitu renyah saat Ridwan menggelitik tubuh kedua anaknya. Mereka duduk di karpet yang biasa ia simpan di luar. "Sini." Ridwan mengajak istrinya untuk duduk bersama.
"Bantuin." Dengan cepat Ridwan beranjak dan membantu istrinya berdiri.
"Berat?" tanya Ridwan.
Haliyah mengangguk. "Berat tapi engga seberat pas hamil s kembar."
Haliyah berjalan seperti pinguin, suaminya sering sekali meledeknya. Menggemaskan sekali perut istrinya yang bulat seperti balon. "Pelan-pelan." Haliyah mengangguk.
Ia pelan-pelan duduk di samping Haffi. "Mau nyandar engga ke dada, Mas?"
Haliyah menggelengkan kepalanya. "Engga usah, Mas. Gini aja engga apa-apa kok."
Ridwan mengangguk, tangan mengelus permukaan perut istrinya membentuk lingkaran secara teratur. Bayinya menendang membuat Ridwan tersenyum lebar. "Assalamualaikum, Adek cantiknya Baba."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Rid! Nikah, yuk? (End)
Spiritual|Follow akun sebelum membaca| Insyaallah, konflik ringan! Apa jadinya jika, seseorang gadis mungil mengajak laki-laki yang umurnya jauh di atasnya menikah? Tentang laki-laki bernama Ridwan Alamsyah, yang tiba-tiba dibuat terkejut oleh seorang gadis...