Rumah tadinya begitu sepi sekarang tampak lebih ramai.
Suara saling bersautan terdengar dari beberapa orang yang tak lain
Firman, Dinda, Dave datang ke rumahnya untuk menjenguk.Haliyah menyiapkan makanan ringan yang sudah ia simpan di meja makan, membawanya dan meletakkannya di atas meja sebelum ia duduk di sebelah suaminya.
Haliyah melihat kearah Firman, lalu menundukkan pandangannya. "Gimana Mas Firman, kabarnya? Engga apa-apa, kan?" tanya Haliyah.
Firman tersenyum lalu mengangguk. "Alhamdulilah, Mbak. Sehat, cuma lecet-lecet doang."
"Alhamdulilah."
Ridwan yang duduk di sampingnya, menarik tangan Haliyah. Membuat ia menoleh dan mengerutkan keningnya. "Kenapa, Mas?"
"Dek, kamu ngapain tanya Firman kayak gitu," bisik Ridwan sedikit jutek, Haliyah mencubit paha suaminya sembari berbisik.
"Astaghfirullah, Mas. Liyah cuma tanya gitu doang, Liyah takutnya Mas Firman kenapa-napa."
Ridwan membisikkan sesuatu. "Mas engga suka."
"Iya, Mas, iya." Haliyah mendengus kesal, apa salahnya. Ia hanya bertanya bagaimana keadaannya, suaminya langsung berbisik tidak suka.
Dasar posesif.
Haliyah langsung mengalihkan pandangannya pada Dinda yang terdiam di samping Dave. "Kak Dinda, apa kabar?"
Dinda langsung mendongak kearah Haliyah, ia tersenyum. "Alhamdulilah, Liyah sehat. Ya, walaupun kadang yang dalam perut buat ulah. Tapi Mbak bersyukur karena kandungannya sehat."
Haliyah mengangguk. "Alhamdulillah."
"Berapa bulan, Mbak. Udah keliatan banget loh perutnya." Haliyah tersenyum kecil, di balas oleh senyuman Dinda. "Tujuh bulan jalan delapan."
"Wah, sebentar lagi dong."
Dinda mengangguk. "Iya, tinggal menghitung hari."
Ridwan menepuk pelan lengan istrinya, Haliyah menoleh. "Kenapa, Mas."
Ridwan menyerahkan ponsel milik istrinya yang sempat berdering tadi. "Ponsel kamu bunyi tadi."
"Oh, iya, Mas." Haliyah mengeceknya, ternyata pesan itu dari Fika. Ia mengatakan bahwa pesanannya kemarin akan segera ia antarkan bersama Kila—Adik suaminya.
Haliyah mengetikkan sesuatu di layar ponsel miliknya.
|Udah di buangkan bungkusnya?|
Haliyah menunggu jawaban dari Fika, sembari menyimak pembicaraan antara para laki-laki di depannya.
|Udah, Kila juga engga tau kok. Gue bilang ini susu yang sering lo minum dulu.|
Haliyah menghela napas lega, ia menoleh kearah suaminya lalu tersenyum. Ponselnya kembali bergetar, Ridwan bertanya. "Siapa Dek?"
"Fika, Mas. Katanya dia mau ke sini sama Kila."
Ridwan mengangguk, ia dengan cepat membuka pesan yang di kirimkan oleh Fika saat ponselnya kembali berbunyi. kemudian Haliyah membacanya dengan cepat.
|Durhaka lo, bohongin suami lo sendiri.|
Haliyah membalasnya.
|Dia pasti tau kok, dalam waktu dekat ataupun lambat.|
Fika membalasnya. |Iya|
_
Kila yang baru datang langsung memeluk Dinda yang sedang duduk, sembari mengusap perut buncit milik wanita itu. Fika membawa pesanan Haliyah, meletakkan di lantai dekat dengan kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Rid! Nikah, yuk? (End)
Spiritual|Follow akun sebelum membaca| Insyaallah, konflik ringan! Apa jadinya jika, seseorang gadis mungil mengajak laki-laki yang umurnya jauh di atasnya menikah? Tentang laki-laki bernama Ridwan Alamsyah, yang tiba-tiba dibuat terkejut oleh seorang gadis...