Alhamdulilah

4.1K 200 1
                                    

Ridwan membalikkan tubuhnya, menghadap kearah Haliyah yang berada di belakang. Istrinya tersenyum manis, Haliyah menyodorkan tangan mungilnya. Ridwan menatapnya dengan lekat sembari melihat begitu kecil tangan istrinya, bahkan ukuran jarinya lebih besar dua kali lipat dari tangan istrinya.

Haliyah mengecup tangan Ridwan, laki-laki itu bergeser untuk lebih dekat kearah Haliyah. Tubuhnya ia condongkan, mengecup kening Haliyah begitu lama.

Haliyah tersenyum, Ridwan beralih mengecup pipi kanan-kiri. "Kok berhenti, Mas?" tanya Haliyah.

Ridwan malah terdiam, selagi mengerutkan keningnya. "Mas engga mau cium ini?" Haliyah menyentuh bibirnya.

Ridwan menghela napas, ia mengecup singkat bibir istrinya. Haliyah tersipu malu, Ridwan langsung menarik tangan Haliyah dan memeluknya dengan erat.

Ridwan melepaskan pelukannya,  mengelus pucuk kepala yang tertutup mukena lalu mengecupnya kembali.

Ridwan membisikkan sesuatu di telinga Haliyah. "Sehat-sehat, ya, Dek."

Haliyah mengangguk kemudian tersenyum. Tangannya mengelus pipi kanan suaminya lalu berkata.   "Mas juga."

"Hm."

Haliyah menyandar di dada bidang suaminya sedangkan kepalanya menjadi tumpuan dagu Ridwan.
Ia menarik tangan suaminya yang berada di sisinya, Ridwan malah menariknya kembali. "Kenapa, Dek?" tanya Ridwan.

"Pinjem tangan, Mas."

"Buat apa, Dek?" tanya Ridwan kembali.

Haliyah kembali menarik tangan suaminya, ia tersenyum jahil. "Engga untuk apa-apa. Mana tangannya, Mas, ih siniin tangannya. Susah banget sih." Haliyah menarik tangan Ridwan kembali.

Tangan kiri Haliyah, mengambil sesuatu di saku dasternya. Meletakkan benda berukuran panjang kecil itu di tangan suaminya. Ridwan lagi-lagi mengerutkan keningnya. "Apa ini, Dek?"

"Kejutan."

"Hah?"

"Kejutan, Mas, kejutan. Mas tau kejutan, kan?"  tanya Haliyah dengan jahil. Ridwan mengusap kepala Haliyah gemas setelah istrinya merubah posisinya menjadi berada di hadapannya.

Haliyah tertawa, Ridwan menggelengkan kepalanya.

"Liyah buka, ya?"

"Mas ih, kok gitu mukanya." Haliyah mendengus kesal, Ridwan seperti tidak semangat dengan kejutan yang ia buat.

"Cicilan belanjaan Dek, hadiahnya atau kamu punya hutang terus di jadiin hadiah."

Haliyah menutup matanya sejenak lalu menghela napas. "Astaghfirullah, engga, Mas. Kapan Liyah kasih cicilan belanjaan jadi hadiah aneh banget, Mas."

"Siapa tau, Dek. Otak kamu random jadi Mas pikir kamu bakal kasih itu."

"Engga kok, Liyah engga punya cicilan belanjaan."

"Terus apa, Dek?" tanya Ridwan.

Haliyah pura-pura berpikir. "Kecil tapi buat semua orang bahagia."

Ridwan terdiam sembari berpikir. Haliyah tertawa kecil selagi menatap suaminya yang tidak bersemangat.

"Kecil? Apa, Dek?"

"Ada, deh. Namanya juga kejutan, Mas kepo, ya." Ridwan menggelengkan kepalanya.

"Terus apa, Dek."

Ridwan tidak tersenyum sama sekali, suaminya malah menguap dan matanya tampak berat.
"Mas jangan tidur ... ih."

"Kamu sih lama, Dek."

Mas Rid! Nikah, yuk?  (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang