konsep pernikahan Ridwan

5.3K 261 1
                                    


"Cinta itu kayaknya api semakin jauh rasa cintanya semakin besar api yang membara."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






"Jadi mau gimana Mas konsepnya?"

Ridwan terdiam sejenak, laki-laki itu bingung dengan pertanyaan yang diajukan oleh calon istrinya Dinda. "Terserah kamu saja, Mas engga ngerti begituan."

Dinda mengangguk. "Sebenernya juga Dinda bingung konsepnya gimana, kita buat sederhana saja ya Mas. Kemarin Bunda udah suruh aku kasih tau WO tentang konsepnya gimana, tapi aku engga tau gimana jadi nanya  dulu sama Mas mau gimana."

"Yang sederhana saja Din, simple tapi khidmat. Kalau tentang konsep Mas serahin semua ke kamu Din, mau gimana pun Mas setuju. Untuk tempat Mas punya Villa deket kebun teh, Mas mau kita nikah di sana."

Dinda mengangguk setuju. "Persyaratan nikah sudah semua Mas?"

"Sudah, Mas kasih semua ke Bunda mungkin lagi di proses di KUA."

Dinda menghela napas lega, ternyata menikah itu tidak mudah banyak syarat yang harus di lakukan. "Alhamdulillah, tinggal konsep aja, ya, Mas. Apa kita coba tanya Kila?"

Ridwan mengangguk. "Iya coba tanyain saja."

Setelah mendengar persetujuan dari Ridwan, Dinda menghubungi Kila. "Assalamu'alaikum Kila."

"Walaikumsalam Mbak, ada apa?"

Dinda menatap Ridwan, laki-laki itu mengangguk memberi isyarat kepada gadis dihadapannya. "Sini, Mas yang ngomong."

"Kila, Mas butuh bantuan kamu. Di cafe biasa, Assalamu'alaikum."

Ridwan mematikan telepon sepihak, memberikan ponsel yang ada di tangannya pada Dinda. "Tunggu saja." Gadis itu mengangguk sembari memainkan ponselnya kembali.

Di lain tempat Kila mendengus kesal kala teleponnya mati begitu saja, tanpa dirinya menjawab setuju atau tidak. Ridwan memang seperti itu pada Kila, gadis itu menghela napas selagi menatap sendu Haliyah yang ada di depannya yang sedang menunggu Fika, yang akan datang untuk mengikuti kajian dengannya dan juga Kila.

"Kenapa?" tanya Haliyah, selagi mengangkat alisnya. "Masmu, kan?"

Kila mengangguk, kakak laki-lakinya begitu merepotkan dirinya. Yang menikah siapa yang repot siapa, pikirnya.

"Iya suruh aku ke sana, engga tau Masku mau ngomong apa."

Haliyah terdiam sejenak, hatinya kembali berdebar saat mendengar nama Ridwan kembali di telinganya. "Yaudah, ke sana aja. Kajiannya juga masih lama, Kil."

Kila menatap Haliyah sendu. "Tapi, kan?"

Haliyah menggeleng kepalanya. "Engga apa-apa kok, ayo ke sana. Fika juga belum datang nanti aku chat dia kita nunggu di tempat lain. Bukannya cafe punya Masmu itu deket sama tempat kajian?"

Mas Rid! Nikah, yuk?  (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang