Nasihat

4.6K 242 2
                                    

"Bertemu denganmu aku senang, menghalalkanmu aku tenang."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.











Ridwan menghela napas lega, akhirnya semua persiapan telah selesai. Undangan telah tersebar, catering, dekorasi pernikahan udah selesai dan tiba saat besok laki-laki itu berganti status menjadi kepala keluarga. Menjadi nahkoda untuk istri dan anak-anaknya kelak.

Kelak, dirinya akan menjadi orang yang sangat bahagia. Jika seorang anak lahir dari rahim istrinya, mempunyai paras yang sama dengannya dan juga istrinya, memanggil dirinya dengan kata, "Baba, Abi, Ayah."

Baba

Ridwan menggelengkan kepalanya saat kata itu terucap oleh dirinya sendiri. Geli memikirkan apa yang akan terjadi setelah dia menikah. Menjadi seorang pemimpin keluarga tidak mudah,  bahunya harus kuat menjadi tempat bersandar untuk istri dan anaknya.

Kelak, laki-laki itu akan menjadi cinta pertama anaknya. Rasa cintanya akan lebih besar kepada putrinya kelak, hidupnya hanya ada istri dan anaknya. Menjadi seorang Ayah seperti Ayahnya saat ini, dengan kasih sayang yang melimpah mengajarkan dirinya arti keharmonisan sebuah keluarga.

Laki-laki itu tersenyum geli, menjatuhkan tubuhnya di sisi ranjang. Memandang lurus ke depan, sebuah bayangan hadir di benaknya.

Seorang perempuan  berkerudung hitam berlari mengejar anak laki-laki berusia dua tahun yang tampak enggan untuk makan.

Anak laki-laki itu tertawa riang, sedangkan perempuan yang mengejarnya tampak memegang mangkuk berisi makanan untuk sang anak.

"Makan dulu, udah sore loh."

Anak laki-laki itu menggeleng. "No, mau sama Baba?"

"Babanya lagi  kerja, Dek."

Anak laki-laki itu menoleh saat mendengar suara mobil berhenti, teriakan anak itu terdengar saat laki-laki itu keluar dari mobil.

"Baba!" Ridwan memeluk anaknya erat.

Senyum dari perempuan itu mengambang, Haliyah.

"Astagfirullah!" Ridwan mengusap wajahnya kasar, entah mengapa wajah gadis itu selalu saja hadir tanpa di duga. "Ya Allah, apa ini?"

_

"Udah semua Bun?"

Perempuan parubaya itu mengangguk. Persiapan untuk menghadiri pernikahan Ridwan dan  Dinda membuat Haliyah kerepotan. Memindahkan baju, mengangkat, menyimpan, dan banyak lagi. Bundanya hanya main perintah, anaknya hanya mengangguk patuh tanpa menolak walaupun hatinya sedikit agak kesel.

"Emang kita di undang, Bun?"

Kepala Haliyah di jitak oleh sang Bunda. "Iyalah, kamu ini. Kalau misalnya engga di undang buat apa Bunda beresin ini semua? Heh?"

Mas Rid! Nikah, yuk?  (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang