Ridwan memijit keningnya yang berdenyut saat ini, ia sedang duduk memperhatikan istri dan ketiga buah hatinya yang sedang berulah. Haliyah sibuk memegang baju s kembar yang berlari mengajar adiknya, Rahma yang baru saja bisa berjalan."Nak ganti dulu bajunya, nanti telat loh." Haffa menggelengkan kepalanya, ia asik menarik tangan kembarannya membuat Haffi hampir kehilangan keseimbangannya.
Haliyah menatap suaminya yang sedang duduk, mengisyaratkan kepadanya untuk membantunya. Ridwan langsung bangkit, yang ia amankan sekarang adalah Rahma. Anak itu sangat suka sekali merusak apapun yang ada di hadapannya seperti mobil-mobil Haffa yang di lemparnya hingga hancur.
Yang paling parah ponsel milik istrinya juga hancur karena di lempar saat mengusir kucing yang masuk ke dalam rumah. Kejadian itu membuat Haliyah marah, istrinya tidak bicara dengannya beberapa hari.
Rahma yang salah ia yang harus kena marah.
Satu lagi, tugas kampus yang ia simpan di atas meja di sobek oleh Haffa. Membuat Haliyah kembali mengerjakan dalam satu malam karena ia lupa tidak menyalinnya.
Haliyah menarik tangan Haffi dengan pelan, ia memegang pundak anaknya sembari menatapnya. "Kak Haffi sekarang waktunya ganti baju oke?"
Haffi mengangguk sedangkan Haffa masih berada suaminya. "Au mana?" tanya Haffi, mereka sudah pintar merangkai kata sekarang walaupun ada beberapa yang tidak ia mengerti.
"Mau ke ulang tahunnya Kak Aya."
"Kue?" Mata Haffi berbinar, anak itu sangat menyukai kue rupanya.
"Iya, kue ulang tahun." Haliyah memakai baju Haffi dengan cepat. Haffi menarik kembali hijab yang sudah Haliyah pakaikan hingga terlepas. Haliyah hanya menghela napas, mengambil hijab itu yang sudah tergeletak di lantai.
"Ayo."
Ridwan memegang tangan Haffa dan Haffi ketika mereka sampai di rumah Dinda. Kalau saja genggaman tangan itu merenggang, Haffa pasti akan berlari jauh.
Haliyah mengendong Rahma yang sedang menangis, anak ketiganya ingin bersama dengan suaminya. Tapi Ridwan bertugas menjaga s kembar, hanya suaminya yang bisa membuat Haffa Haffi terdiam.
"Haffa diam dulu, Nak," ucap Ridwan saat Haffa mulai menarik tangannya ke arah kanan dan Haffi kearah kiri. "Haffi juga."
"Haffi sama Umma, yuk?" Mata Haffi berbinar, ia menggenggam tangan Haliyah yang ada di sampingnya.
Haliyah masuk terlebih dahulu. "Umma au awa tuh." Haffi menunjuk kado yang sedang Haliyah pegang. Haliyah menyerahkannya pada Haffi, kode itu tidak berat jika di pegang oleh Haffi.
Haffi memeluk kado itu seperti kadonya milik sendiri. "Kasih sama Kak Aya kadonya."
Haffi menggelengkan kepalanya, ia malah berlari keluar. Haliyah hanya menghela napas, Dinda yang di sampingnya malah tertawa. "Sudahlah, namanya anak kecil."
"Mereka lagi aktif-aktifnya suka bikin pusing."
Haliyah mengusap pipi Aya. "Kadonya nyusulnya, Tante mau ambil dulu dari Haffi." Aya hanya mengangguk.
Ridwan menjongkok di depan Haffi yang sedang memeluk kado yang sudah mereka siapkan tadi. "Kenapa kadonya belum di kasih, Nak?" tanya Ridwan.
Haffi menggelengkan kepalanya. "Ni punya ffi, Baba."
"No, itu punya orang lain. Nanti kita beli yang lain." Haffi menggelengkan kepalanya lagi dan kemudian menangis.
Haliyah memijit keningnya yang pening. "Nak sini kadonya kasih ke umma, Haffi mau kue engga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Rid! Nikah, yuk? (End)
Spiritual|Follow akun sebelum membaca| Insyaallah, konflik ringan! Apa jadinya jika, seseorang gadis mungil mengajak laki-laki yang umurnya jauh di atasnya menikah? Tentang laki-laki bernama Ridwan Alamsyah, yang tiba-tiba dibuat terkejut oleh seorang gadis...