Di Tabrak?

7.2K 314 6
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Ridwan menghela napas lelah, matanya berat karena semalam dia tidak bisa memejamkan matanya. Mungkin ini efek dari dia asal bicara kemarin, yang mengiyakan mencari calon yang pas.

Ridwan masuk ke dalam mobil, bersiap pergi menuju cafe miliknya. Laki-laki itu menutup pintu mobil dengan keras, menstater mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Tangannya menyalakan lagu, bukan lagu anak jaman sekarang tapi kalau sholawat. Supaya matanya tidak mengantuk, mulut laki-laki itu bergumam mengikuti lantunan sholawat.

Bruk...

Matanya menutup sejenak, tiba-tiba suara keras terdengar. Dia membuka matanya, kaget. Melihat ke belakang, menghentikan mobilnya seketika.

"Astagfirullah."

Ridwan membuka pintu mobilnya, berlari keluar. Matanya melihat gadis yang sedang bersimpuh di jalan, dia mengaduh sakit di kaki dan tangannya yang sedikit terluka.

"Maaf, ya, Dek."

Haliyah menoleh. "Mas hati-hati dong bawa mobil, liat tangan sama kaki saya luka."

Ridwan mengangguk, menghela napas sejenak setelah mendengar ucapan gadis yang suaranya melebihi burung beo miliknya yang ada di rumah.

Haliyah menyodorkan tangannya. Ridwan mengerutkan keningnya bingung.

"Apa?"

Haliyah mendengus kesal, laki-laki dihadapannya tidak peka. "Bantuin, Mas. Malah diam."

Ridwan menggelengkan kepalanya, matanya menundukkan ketika matanya tidak sengaja melihat gadis dihadapannya.

"Maaf, bukan mahrom."

Gadis itu menghela napas gusar. Gadis itu memutarkan bola matanya malas. "Mas tapi ini darurat loh, kaki saya sakit."

Ridwan menghela napas. "Tunggu sebentar." Laki-laki itu berjalan menuju mobilnya.

Haliyah menggelengkan kepalanya, tidak mengerti dengan jalan pikiran laki-laki itu. Tapi Haliyah takut laki-laki itu malah meninggalnya sendirian di sini dengan  luka lecet doang.

Gadis itu membuka mulutnya tidak terlalu lebar, matanya mengecil sangat melihat laki-laki itu membawa buku di tangannya. Haliyah mengaruk belakang kepalanya yang di lapisi kerudung pashmina berwarna hitam. Gadis itu bingung untuk apa buku tersebut.

Ridwan menyulurkan buku tersebut kearah Haliyah. Gadis itu mengerutkan keningnya bingung.

"Ini buat apa?" tanya Haliyah sembari menunjuk buku yang sedang laki-laki itu sodorkan.

"Bantuin kamu berdiri."

Haliyah menggelengkan kepalanya. Matanya menatap tangannya dengan sendu. "Apa gunanya tangan."

Mas Rid! Nikah, yuk?  (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang