pernikahan Fika

2.3K 105 1
                                    


Dua Minggu berlalu, akhirnya sudah tiba saatnya sahabatnya menikah, dua Minggu ini Haliyah juga harus beradaptasi dengan mood barunya di kehamilan sekarang tentu juga dengan suaminya Ridwan.

Sekarang Haliyah sering sekali mengomel tidak jelas apalagi jika melihat Ridwan yang tidak menaruh barang pada tempatnya. Suaminya selalu menyimpan handuk sembarang, ada di ranjang hingga di tempat penyimpanan make up miliknya. Membuat mood yang tadinya baik kini berantakan sudah.

"Simpan di tempat yang bener apa susahnya sih, Mas." Haliyah menggerutu sambil mengambil handuk yang tergeletak di ranjang itu dengan kesal, mulutnya tidak berhenti berbicara dari tadi.
Bekas handuk itu meninggalkan jejak, basah.

"Mas buru-buru, Dek. Bukannya kamu udah siap?" tanya Ridwan.

"Hm."

Handuk itu kembali ada di tangan laki-laki itu setelah istrinya memindahkannya. Haliyah menyuruh laki-laki itu mandi tadi sebelum dirinya tapi sayang ucapannya tidak di dengar, suaminya malah tertidur di samping s kembar yang sudah berganti baju di pakaikan oleh Kila.

Haliyah menghela napas. "Taruh sisirnya yang bener, Mas," ucap Haliyah saat melihat suaminya merapihkan rambutnya.

Ridwan mengangguk. "Ini." Laki-laki itu memperlihatkan pada istrinya, ia sudah menyimpan sisir itu di tempatnya.

"Hm."

"Nanti s kembar kamu yang urus, ya, Mas kalau di sana," ucap Haliyah sebelum meninggalkan dirinya sendiri di dalam kamar. Ridwan menggaruk rambutnya yang tidak gatal.

"Yang, engga bisa gitu dong." Ridwan mengejar Haliyah yang sedang berjalan menuju kamar Kila.

Haliyah membalikkan tubuhnya, menyentuh perutnya yang masih rata sebelum berbicara dengan suaminya. "Kan, Liyah lagi hamil jadi Mas yang jaga. Itung-itung tanggung jawab udah hamilin Liyah lagi." Haliyah melanjutkan berjalan menuju kamar Kila.

Ridwan menghela napas panjang. "Oke." Haliyah tersenyum menang. Ia seperti kembali lagi seperti dulu di kehamilan sekarang, bar-bar dan tidak ingin kalah.

"Astaghfirullah, yang. Jalannya pelan-pelan." Ridwan mengelus wajahnya, dua Minggu ini. Laki-laki ekstra sabar menghadapi tingkah istrinya, Kila yang melihat tingkah ajaib kakak iparnya hanya menggelengkan kepalanya.

"Bumil satu ini memang aneh," ucap Kila pelan.

Haliyah tidak mendengar ucapan dari suaminya, istrinya malah memakai hak tinggi. Ridwan langsung mengambil sendal yang tidak ada haknya di dalam mobil. Berjalan menyusul istrinya yang sudah lebih dulu masuk gedung pernikahan.

"Yang, ganti. Mas engga mau kamu pake sendal kayak gitu." Ridwan melihat sendal yang di pakai Haliyah saat ini.

Haliyah mengerut keningnya, tidak ada yang salah dengan sendal yang ia pakai sekarang. "Aman-aman aja ini sendalnya, Mas liat ini?"

Ridwan menggelengkan kepalanya. "Ganti, ya. Sama yang ini Mas udah bawa."

"Engga, mau. Engga cocok sama baju yang Liyah pakai."

"Nanti kamu jatuh gimana?"

"Kan ada Mas, tinggal di tangkap aja kalau jatuh."

Kila menggelengkan kepalanya, ia sibuk mendorong stroller milik s kembar. Hari ini Kila full menjadi baby sitter untuk keponakannya tersayangnya, sedangkan pasutri di depannya sedang berdebat.

"Anak kalian berdua ketinggalan." Kila mendorong  stroller itu mendekat kearah Ridwan dan juga Haliyah.

"Ganti." Ridwan sedikit menaikkan nada bicaranya, Haliyah langsung menurut. Baru kali ini suaminya membentak dirinya di depan Kila.

Haliyah merebut sendal yang ada di tangan suaminya lalu memakainya. "Udah."

"Hm."

Haliyah menghampiri s kembar, membawa Haffi. Anak perempuannya itu seperti ingin di gendong olehnya, tangan kecil itu bermain-main di udara.

"Sama Umma, sini sayang." Haliyah mengecup kening Haffi sebelum pergi ke dalam. Ridwan menghela napas setelah menyimpan sendal hak yang di pakai istrinya tadi.

"Sabar masih delapan bulan lagi."  Jika seperti ini pasti anaknya memiliki tingkah ajaib ketika sudah lahir, berbeda dengan s kembar yang tidak banyak tingkah.  Anak ketiganya pasti seperti istrinya.

"Dek, tunggu." Ridwan berjalan cepat menyusul Haliyah dan Kila.

Haliyah memeluk Fika, wanita itu sudah resmi menikah dengan laki-laki yang berada di sampingnya. Akmal, laki-laki yang Haliyah kenal dan sebaliknya.

"Selamat."

Haliyah mengucapkan selamat pada Fika, wanita itu sangat cantik dengan pakaian gaun putih yang di pakainya. Fika tersenyum, ia melihat sekeliling tidak menemukan s kembar dan juga Ridwan.

"S kembar di mana?" tanya Fika. S kembar di bawa oleh Kila tadi, entah ke mana Haliyah tidak tahu.

"Sama Kila kayaknya." Fika mengangguk.

"Makin gede aja abis lahiran." Postur tubuh Haliyah sekarang sangat berbeda, wanita itu sedikit gemuk di bagian tertentu apalagi di bagian pinggul.

Haliyah meringis, ia membisikkan sesuatu di telinga Fika. "Anak ketiga otw." Haliyah mengusap perutnya setelah itu.

Fika membuka lebar mulutnya, tidak percaya secepat itu mereka menambah momongan. "Waw."

"Kebobolan." Haliyah mencoba tersenyum sedangkan Fika tertawa mendengar ucapan yang di lontarkan oleh sahabatnya. Bukannya dulu ia sedang memberi nasihat tapi wanita itu tidak mau.

"Selamat, bumil."

"Doain, ya, semoga cepat nyusul ya, kan, Mas." Fika melihat kearah suaminya, laki-laki itu mengangguk. "Doain aja."

"Siap."

Haliyah melihat sekeliling, ia tidak menemukan suaminya di samping. Wanita itu bertanya, kemana gerangan suaminya berada.

Haliyah menghela napas saat melihat suaminya sedang mengobrol dengan seseorang yang tidak ia kenal sebelumnya. Seorang wanita, Haliyah menatap tajam suaminya ketika ia berjalan.

Menepuk pundak Ridwan, laki-laki itu langsung menoleh. "Yang." Ridwan meringis kala melihat wajah istrinya yang tidak bersahabat.

"Ayo, s kembar udah tunggu," ajak Haliyah sembari menarik baju yang di pakai oleh suaminya.

Ridwan mengangguk. "Kenalin dulu, ini Laras itu suaminya." Laki-laki itu menunjukkan seseorang yang berjalan kearah mereka bertiga.

Haliyah tersenyum, menyodorkan tangannya. "Haliyah, Mbak. Istrinya Mas Ridwan."

Laras menerima uluran tangannya. "Laras, Mbak. Ini suami saya."

"Kita ke sana dulu, ya, Mbak, Mas." Mereka mengangguk.

"Yang."

"Hm."

"Tungguin, Mas." Haliyah membalikkan tubuhnya. "Iya."

"Kila mana?" tanya Ridwan, Haliyah mengangkat bahunya. Mereka berjalan keluar, Haliyah bertemu dengan Fika sebentar. Wanita itu pasti sibuk dengan para tamunya sekarang, Haliyah akan menemuinya nanti setelah acara ini selesai bersama Ridwan.

"Kil." Ridwan membawa Haffa yang menangis.

"Aduh, nangis putra Baba."  Haliyah tersenyum tipis, menyenangkan melihat interaksi suaminya dengan s kembar.

"Liyah tunggu kamu nyusul Fika, Kil." Haliyah menepuk pundak adik iparnya, Kila hanya tersenyum menanggapi ucapan Haliyah.

Mas Rid! Nikah, yuk?  (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang