"Mas Haffi pup, Liyah lagi masak.""Mas!" Haliyah menghela napas setelah ia berteriak memanggil suaminya.
Tidak ada sautan sama sekali yang Haliyah dengar. Lagi-lagi Bila menghela napas panjang. "Kemana Mas Ridwan, kok engga ada."
Haffi yang tadinya diam sekarang menangis, seperti tidak nyaman. Haliyah hanya mengeceknya saja tanpa membersihkannya.
"Astaghfirullah, Haffi nangis lagi. Itu masakan takut gosong." Haliyah bingung, manakah yang harus ia utamakan.
"Bentar, ya. Umma mau matiin kompor dulu."
Kaki itu berlari kearah dapur, dengan cepat Haliyah mematikan kompor kemudian pergi ke kamar. Kila sedang tidak ada di rumah, gadis itu sedang kuliah dan mulai besok Kila tidak tinggal di sini lagi.
"Aduh, anak umma yang cantik. Pup, ya."
Saat ingin membuka celana, Ridwan datang dengan kresek hitam di tangannya. "Assalamualaikum."
"Walaikumsalam, dari mana Mas."
"Abis beli baso."
Haliyah menghela napas, bukannya ia sedang masak kenapa laki-laki itu membeli baso. "Kan Liyah masak kok beli baso sih Mas."
"Mas lagi pengen, Dek."
"Nanti kita bagi dua, ya." Ridwan mengedipkan matanya sebelah, sedikit menggoda istrinya supaya tidak marah.
"Iya."
"Haffi pup Mas, urusin Liyah lagi masak. Awas ya Mas jangan di ganggu Haffa lagi tidur." Haliyah begitu sebal dengan suaminya, ia selalu mengganggu Haffa yang sedang tertidur. Menciuminya hingga terbangun dan menangis.
"Iya, Dek. Engga di ganggu."
Haliyah kembali ke dapur, Ridwan yang berada di sana memainkan tangan putrinya yang sedang menatapnya.
"Dek!" teriak Ridwan.
"Itu bersihin pupnya pake air anget apa tisu basah!"
"Air aja, Mas."
"Di mana airnya, Dek?" Haliyah yang sedang cuci tangan, menghela napas. Suaminya tidak melihat isi kamarnya, laki-laki itu selalu bertanya kepadanya.
"Ada di pojok, Mas biasa. Kok Mas lupa sih."
Ridwan yang mendengar itu, menepuk keningnya. "Baba lupa ya di sana. Haffi cantik banget sih kayak ummanya." Ridwan mencolek pipi putrinya yang mulai bulat.
"Yah, Haffi masih kalah sama pipi Bang Haffa, ya." Ridwan membuka popoknya, hidungnya mengendus. Tidak ada aroma apapun.
"Engga bau."
Ridwan mengambil wajah kecil yang sudah di isi air hangat kuku, memasukkan lap lalu memerasnya.
"Jangan nangis, ya, Nak." Ridwan dengan hati-hati membersihkan bagian bawah Haffi.
Haffi menggeliat, kaget karena air itu mengenai kulitnya. Setelah itu memakaikannya popok. "Selesai, aduh putri Baba udah cantik. Kita ke umma, yuk." Ridwan membawa Haffi di gendongannya, meninggalkan Haffa yang sedang tidur di kamar.
"Umma."
Haliyah menoleh, bibirnya terangkat penuh saat melihat suaminya dan juga putrinya. Sangat menggemaskan melihat mereka, Ridwan mendekat kearah Haliyah mengecup pipi Haliyah beberapa kali.
"Kenapa?"
"Engga." Haliyah menggelengkan kepalanya, kerandoman suaminya sudah muncul. Ya, di balik sifat dinginnya dulu laki-laki juga manja dan juga random.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Rid! Nikah, yuk? (End)
Spiritual|Follow akun sebelum membaca| Insyaallah, konflik ringan! Apa jadinya jika, seseorang gadis mungil mengajak laki-laki yang umurnya jauh di atasnya menikah? Tentang laki-laki bernama Ridwan Alamsyah, yang tiba-tiba dibuat terkejut oleh seorang gadis...