Haliyah mencoba merebahkan tubuh tapi baru beberapa menit, dia merasa tidak enak. Memilih kembali bersandar di kepala ranjang setelah meletakkan bantal di punggungnya.
Haliyah mencoba mengambil ponsel yang ia simpan di atas nakas. Ia kembali lagi meringis kala sakit menerjangnya kembali. Haliyah mengambil napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan berharap sakit itu mereda.
Setelah rasa sakit itu mereda, ia mengambil ponselnya. Mencoba menghubungi suaminya yang entah di mana, marah tidak di waktu tepat.
Haliyah menempelkan ponselnya ke telinga tapi tidak aktif. "Kamu kemana sih, Mas."
"Argh, aduh, aduh. Kok makin sakit." Haliyah memejamkan matanya saat sakit kembali ia rasakan.
"Mas Ridwan, Mas Ridwan."
Haliyah berusaha beranjak ke kamar mandi, tidak kuat menahan sesuatu yang akan keluar dari kemaluannya.
Setelah selesai buang air kecil, Haliyah kaget melihat bercak darah yang ada di celana dalamnya. Ia panik, kemudian menangis. Haliyah tidak mungkin memanggil Kila karena kalau ada Kila pasti ia tambah panik.
Haliyah mengganti celana dalamnya dengan yang baru, kembali duduk di ranjang setelah berjuang untuk berjalan dengan menahan rasa sakitnya.
"Dek, nanti dulu. Baba kamu belum pulang." Haliyah mengelus perut besarnya.
Haliyah kembali memejamkan matanya saat gelombang cinta itu kembali, tangannya mencengkram bantal yang ada di sampingnya. Haliyah tidak nahan lagi, ia mengambil ponsel miliknya dan menghubungi Kila.
Haliyah tidak punya tenaga untuk berteriak memanggil nama Kila.
"Kil," ucap Haliyah dengan terbata-bata, sembari menahan sakit.
"Halo, kamu kenapa?"
"Aduh, Liyah udah engga kuat lagi." Kila langsung menutup telepon itu dengan sepihak, ia berlari menuju kamar Haliyah.
Kila terkejut melihat Haliyah yang menangis. Menahan sakit sembari tangannya memegang perutnya.
"Ayo kita ke rumah sakit." Kila menarik tangan Haliyah.
Haliyah menggelengkan kepalanya. "Engga, Mas Ridwan kemana?"
Kila menggaruk kepalanya. "Kila telepon Mas Ridwan."
"Engga di angkat lagi." Kila di landa kepanikan, ia mencuri pandang pada Haliyah yang sedang kesakitan.
Kila memutuskan menghubungi Bundannya.
"Halo, Bun. Haliyah lahiran tapi Mas Ridwan engga tau di mana?"
"Astaghfirullah, anak itu. Bunda lagi di perjalanan, nanti kalau udah sampai ke sana. Ayahmu suruh cari anak bandel itu."
"Iya, Kila tutupnya. Assalamualaikum." Kila menyimpan ponselnya di ranjang.
"Liyah, barang yang mau di bawa ke rumah sakit di mana?" tanya Kila, Haliyah memejamkan matanya. "Di lemari bawah."
Kila langsung cepat membawa dua tas yang sudah Haliyah siapkan, menyimpannya dekat ranjang. "Kerudung di mana?" tanya Kila.
"Cari!"
"Oke." Kila mengacak-acak lemari, mencari sebuah kerudung yang entah di mana dan tiba-tiba menghilangkan ketika di cari.
Kila akhirnya menemukan, ia memakaikan Haliyah kerudung dan juga jaket. "Kil, Mas Ridwan mana?"
"Ini sakit banget, Liyah butuh dia sekarang juga."
"Aduh, Mas Ridwannya engga aktif."
Suara bel terdengar, Kila menyuruh Haliyah untuk diam di tempat. Ia berlari membuka pintu, orang tuanya memasang wajah panik setengah mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Rid! Nikah, yuk? (End)
Espiritual|Follow akun sebelum membaca| Insyaallah, konflik ringan! Apa jadinya jika, seseorang gadis mungil mengajak laki-laki yang umurnya jauh di atasnya menikah? Tentang laki-laki bernama Ridwan Alamsyah, yang tiba-tiba dibuat terkejut oleh seorang gadis...