.

3.5K 158 10
                                    

"Dek." Ridwan memanggil istrinya yang sedang berdiri di depan cermin.

"Apa, Mas."

Ridwan berjalan kearah Haliyah, mengelus perutnya. "Dia kapan lahir?" tanya Ridwan.

Haliyah menghela napas, sudah hampir 15 kali suaminya mengatakan itu dari pagi hingga malam. Haliyah sangat bosan mendengar kata itu di ucapkan terus-menerus.

"Masih lama, Mas," ucap Haliyah kesal. Di kehamilan yang ke sembilan, Haliyah sangat-sangat membenci dan juga kesal kepada suaminya. Karena laki-laki itu terus mengomel ketika ia melakukan sesuatu dan kadang menjahilinya hingga ia menangis.

"Udah pertengahan bulan loh, Dek."

Haliyah tersenyum. "Bayinya engga mau keluar Mas, masih anteng di dalam perut Liyah."

Ridwan menghela napas, ia sangat tak sabar menunggu kelahiran buah hatinya. "Kita panggil Bundanya ke sini."

Dengan cepat Haliyah langsung menggelengkan kepalanya, cukup Kila yang berada di sini.

Kila sudah berada di sini lebih dari sepuluh hari. Suaminya  melarang Kila untuk pulang dengan alasan takut Haliyah bosan jika hanya berdua dengannya.

"Kenapa, Dek?"

"Cukup Kila aja, Mas. Masih lama juga."

"Nanti kalau kamu tiba-tiba lahiran gimana?" tanya Ridwan dengan sedikit keras. Haliyah terdiam lalu bersuara. "Terserah, Mas. Liyah engga mau nyusahin Bunda." Haliyah pergi ke kamar mandi.

Ridwan menghela napas, ia mengambil ponsel yang berada di nakas. Menghubungi Bundanya dan ibu mertuanya, menyuruh mereka datang ke sini walaupun tanpa seijin istrinya.

Haliyah yang berada di kamar mandi menghela napas, ia bukan menolak tapi Haliyah takut menyusahkan mereka. Ia tau bahwa kedua tuanya sudah tua dan juga dengan orang tua suaminya.

Ridwan keluar kamar, Laki-laki itu memanggil Kila dan menyuruhnya untuk menjaganya lagi.

"Jagain lagi, Mas? Emangnya Mas mau kemana?" tanya Kila dengan menggebu-gebu.

Tanpa melihat kearah Kila, Ridwan terus berjalan keluar. "Cari angin."

"Oh, jangan lama. Mas."

"Hm."

Kila menghela napas ketika melihat Ridwan telah hilang di balik pintu. Kila dengan cepat berjalan ke kamar Haliyah.

"Liyah!"

"Kamar mandi," jawab Haliyah.

Kila langsung duduk di atas ranjang. Haliyah keluar kamar mandi dengan cepat Kila membantunya untuk duduk di ranjang.

"Mas Rid ke mana?" tanya Haliyah.

"Pergi, cari angin katanya."

Haliyah hanya mengangguk menanggapinya, pasti suaminya marah kepadanya. Haliyah mengambil napas dalam-dalam, entah mengapa ia sangat kesal dengan suaminya.

Kata orang, kalau membenci seseorang ketika mengandung maka bayinya akan mirip. Haliyah sangat-sangat  berharap itu benar, dia ingin melihat versi mini suaminya entah itu laki-laki maupun perempuan.

"Li."

"Iya."

"Kila pengen ke WC, engga apa-apa di tinggal?" tanya Kila dengan ragu, dengan cepat Haliyah mengangguk. "Di sini aja."

"Hm."

Di tempat lain Ridwan sedang menyendiri, menenangkan pikirannya yang tidak terkendali. Entah itu emosinya ataupun pikiran negatif tentang istrinya. Ridwan mengambil rokok yang ia beli di warung, saat sedih atau pun banyak masalah Ridwan selalu merokok walaupun hanya satu batang.

Mas Rid! Nikah, yuk?  (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang