"Kita singgah di sini, menua bersama dengan calon anak-anak kita."
"Udah, Dek?" Haliyah menolehkan kepalanya kearah belakang, terlihat Ridwan dengan berjalan kearahnya dengan tersenyum. Laki-laki itu menarik koper miliknya yang sudah dia rapihkan dengan sang isrti.
Haliyah mengangguk. "Udah, Mas." Ia menutup koper kecil miliknya, tidak ada yang dia bawa hanya beberapa baju. Niatnya bukan untuk menetap tapi hanya singgah meratapi nasib kemarin. Satu persatu dia rapihkan bersama nanti, barang-barang miliknya ada di rumah belum dia bawa.
"Biar Mas, bawa."
Haliyah berjalan mengikuti langkah suaminya, dia membawa beberapa kado yang sengaja dia masukkan ke dalam tas yang tidak terlalu besar. Ridwan meraih tas yang ada di tangan Haliyah, menyimpannya dengan rapih di bagasi.
Haliyah memeluk Bundanya dengan erat, wanita parubaya itu menggelengkan kepalanya. "Kamu itu kenapa, nangis?"
Tubuh gadis itu bergetar. "Engga nangis."
Ia menggelengkan kepalanya. "Udah jangan nangis, kita semua balik ke rumah kecuali kamu ikut suamimu nanti."
Haliyah menggelengkan kepalanya, sedangkan wanita di hadapannya mendengus. "Jangan nangis, YaAllah. Emang kamu engga malu di liatin sama mertua dan suami kamu, Nak."
Haliyah melepaskan pelukannya, pandangannya langsung melihat kearah sang suami yang sedang menatapnya dengan tersenyum. Ia menghapus pipinya dan bersenyum kecil membalas senyuman manis milik suaminya. Ridwan menggelengkan kepalanya, laki-laki itu tau tak mudah meninggalkan tempat berlindung itu tapi sekarang semua sudah berubah.
Wanita parubaya itu mendorong pelan punggung anaknya supaya mendekat kearah Ridwan. "Sana, nanti Bunda sama Ayah ke sana langsung."
Haliyah menerima uluran tangan suaminya, ia membalikkan kepalanya. Mobil yang di tumpangi mereka berbeda, itu membuat dirinya tak rela. "Dek?"
Ridwan memegang tangan istrinya setelah mobil yang di tumpanginya berjalan terlebih dahulu. Haliyah menoleh, menatap suaminya dengan mata berkaca-kaca.
Tangannya menyerka air mata di pipi istrinya, Haliyah menangis tersedu-sedu. Setelah ini tempat pulangnya sudah berbeda, surganya bukan terletak di Ibunya tapi sudah berpindah pada sang suami. Sekarang dirinya bukan lagi yang dulu, bebas berkeliaran sesuka hati sekarang ada seseorang yang menemaninya ke mana pun.
"Nanti Bunda ke sana kok, Dek. Jelek loh nangis gitu."
Haliyah mengerutkan bibirnya. "Masyaallah, Dek. Allah ciptain kamu sempurna buat Mas jangan nangis lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Rid! Nikah, yuk? (End)
Spiritual|Follow akun sebelum membaca| Insyaallah, konflik ringan! Apa jadinya jika, seseorang gadis mungil mengajak laki-laki yang umurnya jauh di atasnya menikah? Tentang laki-laki bernama Ridwan Alamsyah, yang tiba-tiba dibuat terkejut oleh seorang gadis...