Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: “Apabila datang kepada kalian siapa yang kalian ridhai akhlak dan agamanya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak kalian lakukan, niscaya akan menjadi fitnah dan muka bumi dan kerusakan yang luas,” (HR Al-Hakim)..
"Haliyah!"
"Nikah, yuk?"
Haliyah membalikkan badannya, tubuhnya kaku. Matanya terus menatap laki-laki yang ada di depannya, tidak percaya apa yang dikatakan oleh Ridwan. Ini sudah gila, bagaimana bisa dia mengajaknya menikah saat laki-laki itu akan menikah beberapa menit lagi.
"Mas gila, ya?"
Ridwan menggeleng, menggaruk belakang kepalanya tidak gatal. "Tidak, saya serius."
"Menurut saya, Mas itu gila. Bisa-bisa Mas ngajak nikah gadis orang sembarangan di hari pernikahan Mas sendiri, mau bikin Haliyah malu karena di bilang pelakor!"
"Engga, gitu, Haliyah! tunggu. Kamu dengerin dulu, saya mau jelaskan." Haliyah membalikkan tubuhnya setelah melangkahkan kakinya menjauh dari Ridwan.
"Dengerin apa lagi, Mas. Haliyah engga ngerti sama jalan pikiran Mas sendiri."
Ridwan mengusap wajahnya kasar, menghela napas gusar lalu bersuara. "Dinda membatalkan pernikahannya." Laki-laki itu terdiam. "Saya engga pengen acara ini hancur jadi saya mengajak kamu menikah."
"Sebagai pelampiasan, begitu? Mas?"
"Engga."
"Terus apa? Mas itu egois, demi kebahagiaan Mas sendiri. Aku jadi korban, dulu aku kasih hati aku ke Mas tapi Mas malah nolak dan terang-terangan ingin menikahin Kak Dinda. Pikir Mas, hati Liyah bukan layangan yang Mas bisa tarik undur." Haliyah menunduk, dia bukan layangan yang bisa di tarik undur. Dia manusia, harapannya seketika hancur saat itu dan sekarang? Apalagi. Kenapa takdir begitu mempermainkan mereka berdua, mengapa kita tidak kau satukan langsung.
"Haliyah dengerin saya, saya serius melamar kamu bukan sebagai pengganti Dinda tapi sebagai istri dan Ibu untuk anak-anak saya sendiri. Kamu tau, takdir seolah membuat saya dilema. Setiap malam wajah kamu selalu muncul, dengan pakaian gaun putih syar'i. Saya juga bingung harus apa?"
"Engga, mimpi itu bunga tidur Mas."
"Tapi mengapa setiap hari?"tanya Ridwan. "Saya bicara sekali lagi, saya ingin melamar kamu di sini, saya sungguh-sungguh."
Haliyah mengangkat kepalanya, dia menggeleng selagi menahan air matanya. "Engga, Mas. Saya tidak menerima lamaran itu, permisi."
Haliyah berlari kencang menjauh dari jangkauan Ridwan, air matanya mengalir deras. Dia tidak ingin menjadi pengganti siapapun, baik Dinda maupun wanita yang lainnya. Egois, tentu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Rid! Nikah, yuk? (End)
Espiritual|Follow akun sebelum membaca| Insyaallah, konflik ringan! Apa jadinya jika, seseorang gadis mungil mengajak laki-laki yang umurnya jauh di atasnya menikah? Tentang laki-laki bernama Ridwan Alamsyah, yang tiba-tiba dibuat terkejut oleh seorang gadis...