dua buah hatinya

5K 184 16
                                    


"Mas tau Adek kuat."

Haliyah mencengkram bantal yang ada di sampingnya. "Mas bantuin Liyah berdiri."

Ridwan menaruh tangan di pinggang Haliyah, sedangkan Haliyah memegang kuat pundak suaminya.

Haliyah menghela napas, mulai melangkahkan kakinya pelan-pelan supaya mempercepat pembukaan.

Jihan masuk ke dalam, ia menyuruh Haliyah untuk menjongkok. Haliyah menurutinya, mulai merendahkan tubuhnya ke bawah.

Setelah beberapa menit ia kembali lagi berdiri, Haliyah melakukan itu beberapa kali. Tangan Ridwan setia berada di genggaman Haliyah, gelombang cinta kembali datang.

Ridwan menyuruh Haliyah menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. Haliyah menjatuhkan kepalanya di dada suaminya, menggigit kuat kaos  yang di pakai suaminya hingga kulit Ridwan ikut tergigit.

Tangan Ridwan mengusap punggung Haliyah, sesekali memijatnya perlahan.

"Mas."

"Iya, Dek."

"Sakit banget," rengek Haliyah di pelukan Ridwan.

Ridwan mengecup pucuk kepala istrinya. "Sabar, Dek. Sebentar lagi kita ketemu sama dia."

Haliyah menangis, Ridwan menggoyang tubuhnya membuat tubuh Haliyah ikut goyang. "Udah cukup ini aja, ya, Mas. Liyah engga mau hamil lagi."

"Iya, Dek. Mas juga engga mau lihat kamu gini."

Haliyah mengangguk. "Janji."

"Janji."

"Tapi kalau kebobolan gimana?" tanya Haliyah. "Rezeki kita tambah anak."

Haliyah menghela napas. "Kita duduk, ya?" tanya Ridwan. Haliyah menggelengkan kepalanya, lebih enak berdiri daripada duduk.

Haliyah mencengkram bahu Ridwan dengan kuat, saat rasa sakit itu kembali datang lebih kuat dari sebelumnya. Seluruh tubuhnya seperti akan copot, Haliyah tidak kuat lagi.

Ia menangis. "Bunda, Liyah engga kuat."

"Astaghfirullah, ini sakit banget." Haliyah memegang bawah perutnya, diikuti oleh Ridwan.

Ridwan panik,  ia berteriak memanggil Bundanya dan juga mertuanya.

"Bunda."

"Haliyah, Bunda." Ridwan mulai menjatuhkan air matanya, setelah mati-matian menahannya dari tadi.
Jihan langsung mengambil air sedangkan Naya memeluk tubuh anaknya.

"Sayang minum air dulu." Haliyah menggelengkan kepalanya. "Minum dulu supaya nanti ada tenaga."

Haliyah hanya menelan air sedikit.

Kontraksi lebih sering datang sekarang, Haliyah memegang tangan Ridwan dengan erat.

Kontraksi datang di iringi dengan  sesuatu yang mengalir dari selangkangannya lebih banyak dari pada yang tadi. "Aduh, Mas. Liyah engga kuat tahan lagi."

Haliyah tidak sengaja mengeden. "Jangan, Nak. Belum saatnya."

Haliyah mengambil napas dalam-dalam, Jihan langsung berlari memanggil dokter untuk memeriksa pembukaan.

"Pembukaan 9 tinggal 1 bukaan lagi."

"Dokter, Liyah sudah engga kuat." Haliyah bersiap untuk melahirkan,  dokter membuka  lebar kaki Haliyah. Kedua kakinya di pegang oleh ke perawat, supaya Haliyah tidak mengangkat bokongnya untuk mencegah robekan.

"Pembukaan sudah lengkap."

Haliyah menarik kembali baju Ridwan, mulai mendorong sesuatu yang besar di kemaluannya.

Mas Rid! Nikah, yuk?  (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang