Ridwan tersenyum saat mendengar bahwa Haliyah telat datang bulan. Laki-laki sangat bahagia hingga melupakan janjinya dulu, tidak ingin istrinya hamil.Laki-laki itu memutuskan membeli testpek untuk istrinya, memastikan Haliyah hamil atau tidak. Kalau hamil Alhamdulilah, kalau tidak juga tidak apa-apa. Karena melihat kondisinya saat ini pasti istrinya akan kewalahan.
Haliyah menerima testpek yang di berikan suaminya, wanita itu menatap tajam laki-laki yang tersenyum kepadanya. Haliyah ingin sekali menangis, bahkan rasa sakit kala melahirkan Haffa dan Haffi masih terasa jelas di benaknya dan kali ini jika benar, Haliyah pasti akan menangis beberapa hari.
"Mas ikut ke dalam, ya?" Haliyah menggelengkan kepalanya. "Engga, Mas tunggu di sini."
Haliyah menutup pintu kamar mandi dengan keras, Ridwan yang berada di luar mengelus dadanya.
Di dalam sana Haliyah menghela napas berat sebelum mengeceknya dengan testpek. Rasanya ia tidak mau buang cair kecil sama sekali, urinenya mendadak tidak keluar. Haliyah mengambil wadah kecil bekas yang berada di bawah untuk menampungnya.
Wadah itu sudah terisi urinenya, sebelum memasukkan tespek. Haliyah memejamkan matanya sembari menghela napas lagi. "Semoga negatif."
Haliyah berharap negatif.
Haliyah membuka semua tespek yang di beli suaminya. Dadanya berdebar kencang, mata wanita itu ia pejamkan.
Hingga beberapa menit Haliyah memberanikan diri untuk membuka matanya, air matanya meleleh. Dua garis dua tertera jelas di semua testpek yang berada di wadah itu.
"Dek!" Haliyah mengusap air matanya. Ia membawa semua, wajah dan juga testpek yang masih ada di sana. Haliyah keluar dari kamar mandi. Ridwan yang melihat istrinya keluar, tiba-tiba dadanya berdetak cepat.
"Nah." Haliyah langsung memberikan wadah itu ke tangan Ridwan. Ia langsung menjatuhkan dirinya di ranjang sembari menangis membuat s kembar yang tertidur akhirnya terbangun.
Senyum laki-laki itu terpancar jelas, ia sangat bahagia sekarang. Matanya berbinar, ia segera menyimpan wadah itu di meja langsung menghampiri istrinya yang sedang menangis di ranjang.
"Kamu hamil, Dek!" teriak Ridwan, laki-laki itu sangat bahagia akhirnya ia menjadi Ayah untuk ketiga kalinya. S kembar juga akan menjadi kakak.
S kembar terbangun dan menangis, mereka bertiga menangis. Ridwan malah tersenyum sembari mengusap perut istrinya yang masih rata. "Sehat-sehat di dalam sana, Nak."
Setelah mengucapkan itu, Ridwan langsung membawa Haffa sedangkan Haffi masih menangis di ranjang. Haliyah masih menangis, ia seolah tidak mendengar anaknya juga menangis.
Jihan yang berada di luar langsung masuk ke dalam. "Kenapa ini? Kok pada nangis." Tangisan Haliyah bertambah besar.
Jihan langsung membawa Haffi yang menangis dan mulai menenangkannya. Wanita parubaya itu menatap putra sulungnya, Ridwan tersenyum. "Liyah hamil lagi."
Jihan tersenyum, ia mengerti kenapa Haliyah menangis seperti ini. "Sudah, sudah. Jangan nangis."
Kila yang tadi berada di kamar tamu langsung masuk ke dalam kamar Haliyah. Ia bertanya kepada Ibunya, Kila terkejut kala mendengar ucapan yang di ucapkan oleh Ibunya. Haliyah hamil lagi?
Ternyata Abangnya gas pol kalau soal reproduksi.
Kila langsung memeluk Haliyah yang masih menangis. "Ciee yang bakal jadi ibu lagi."
Haliyah memanyunkan bibirnya ke depan, ia masih tidak percaya dengan semua ini. Moodnya sedang tidak baik sekarang, mungkin karena kehamilan ketiganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Rid! Nikah, yuk? (End)
Spiritual|Follow akun sebelum membaca| Insyaallah, konflik ringan! Apa jadinya jika, seseorang gadis mungil mengajak laki-laki yang umurnya jauh di atasnya menikah? Tentang laki-laki bernama Ridwan Alamsyah, yang tiba-tiba dibuat terkejut oleh seorang gadis...