"Gimana Bali? Menyenangkan?"
Lita yang mendengar ucapan Johan tak membalas dan tetap sibuk mengoleskan krim malam ke wajahnya.
"Sekarang kamu udah mulai berpengalaman yaa.. Umur berapa dia? Seumuran anak kita atau lebih muda?"ucap Johan lagi.
"Aku gak gila kayak kamu.. Sampai macarin orang yang seumuran anakku sendiri"kata Lita tak tahan.
"Ohh.. Jadi Aku yang gila? Trus Kamu gimana? Udah ngapain aja sama dia?"
Lita membuang nafasnya mendengar ucapan Johan kemudian menatap pria yang sekarang duduk di atas tempat tidur.
"Mau ngapain juga urusanku. Bukan urusan kamu"Balasnya. Johan tersenyum miring kemudian bangkit berdiri lalu berjalan menghampiri Lita. Bohong wanita itu tak takut apalagi saat Johan berdiri di belakangnya sambil mencengkram bahunya. Membuat bayangan mereka berdua terpias di cermin dengan senyuman lebar Johan dan wajah panik milik Lita.
"Remember that you're still my wife. Don't even dare if you make a love with him. Paham.."Bisiknya di telinga Lita. Membuat wanita itu langsung merinding seketika.
Setelah mengatakan hal itu Johan mengusap tengkuk Lita sebelum akhirnya pria itu kembali ke ranjangnya sendiri dan menarik selimut lalu tidur membelakanginya. Lita yang tadi sempat menahan nafasnya itu menatap punggung Johan nanar.
"Yangyang told me to leave you.. Aku bakalan ngajuin surat cerai ke kamu. My lawyer--"
"Kalau kamu berani ngajuin cerai. Kamu gak bakalan dapat apa-apa Lita. Kamu bukan wanita yang senang hidup melarat. Jadi jangan macam-macam sama Aku"balas Johan masih sambil membelakanginya.
"I don't need your money anymore!! Aku bisa berdiri dengan kaki ku sendiri. Kamu jangan pernah remehin Aku Johan!!"teriak Lita marah. Johan yang tadi sedang membelakanginya itu kemudian berbalik.
"Oh yaa? Kamu fikir sulit buat hancurin kamu hah?! No, it's so easy Lita.. Jadi jangan macam-macam di belakangku!"
"You're selfish!! You're bastard!! I hate you!!"Lita berteriak dari tempatnya duduk.
"I know. And congrats for you, cause this bastard will always on your side. Remember that!"
*****
"Ini apa?"tanya Jaeden begitu sebuah surat di letakan Laras di depan mejanya
"Surat dari sekolah.. Undangan rapat untuk orang tua murid"
"Ah.. Aku gak bisa dateng. Kamu aja yang wakilin"
"Itu untuk Kita berdua.. Mereka mau diskusi tentang--"
"Apapun itu.. Terserah. Mereka mau minta kenaikan uang gedung lagi? Tinggal bilang aja berapa. Gausah repot-repot. Kalau Kamu juga gak mau pergi yah gausah"
Laras membuang nafasnya. Memang seharusnya tidak perlu mengatakannya pada Jaeden karena lelaki itu pasti akan tetap bersikap demikian.
"Kenapa masih disini? Sana keluar Aku sibuk. Jangan ganggu"
Laras meremas kuat tangannya dari bawah lalu menatap Jaeden yang ada di depannya.
"Bisa gak, sekali aja Kamu bantuin Aku sebagai orang tuanya Adam? Bisa gak sekali aja kamu bersikap sebagai Ayahnya? Kamu limpahin semuanya ke Aku.. Seolah-olah Adam hanya anak Aku. Kamu--"
Brakk
Jaeden menggebrak meja kerjanya dan menatap kesal ke arah Laras.
"Kamu bilang apa!? Kamu fikir selama ini Aku gak bantuin Kamu? Buta mata Kamu!? Gak liat apa yang udah Aku lakuin buat Kamu dan Adam!? Semua biaya sekolah Adam yang bayae siapa? AKU! Semua apa yang Kamu pakai dari ujung rambut sampai ujung kaki semuanya dari Aku. Jadi jangan macem-macem Marisa! Perempuan banyak nuntutnya Kamu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[GS] MAMA GULA✔
FanfictionMark, Jeno, dan Lucas tiga orang mahasiswa rantau yang jadi sugar babynya Mama Gula. Gimana mereka bertiga nutupin pekerjaan itu dari pacar mereka masing-masing?