"Jaeden, nanti jam sepuluh di sekolahnya Adam ada acara Aku harap kamu luangin waktu buat dateng yaa"Ucap Laras pada Jaeden, suaminya yang sekarang tengah bersiap-siap di walking closet room mereka.
"Aku gak bakalan bisa dateng, kamu tau itu.. Kamu uruslah. Itu kan tugas kamu sebagai ibunya"Balas Jaeden. Lelaki itu membuka nakas bagian koleksi jam tangan lalu mengambil salah satu jam rolex miliknya dan mengaitkannya di tangannnya.
Laras yang mendengar ucapan suaminya menghela nafas sedikit kasar.
"Ini acara khusus untuk Ayah Jaeden. Sekolah mereka membuatnya agar Ayah dari anak-anak bisa datang dan ikut bermain--"
"Jadi kamu nyuruh Aku datang cuma buat acara kayak gituan? Hari ini Aku ada meeting ketemu sama investor gak ada waktu buat datang ke acara gak penting kayak begitu--"
"Tapi ini anak kamu! Kapan sih kamu pernah dateng ke acara sekolahnya? Kamu Aya--"
"Stop!! Aku males denger kamu ngomel pagi-pagi. Kalau Aku bilang gak bisa ya gak bisa. Gimana sih?! Suruh aja Mas Tio yang wakilin Aku kayak biasa. Gausah bawel!"ujar Jaeden dan berjalan ke kamar. Laras mengikutinya.
"Kok Mas Tio sih?! Ayahnya Adam kan kamu! Jangan apa-apa Mas Tio terus yang ngegantiin Kamu!"Laras betulan di buat kesal oleh suaminya itu. Mas Tio itu kakak laki-laki Laras.
"Ck.. Kam--"
"Pa.. Maa.. Yang nganterin Aku ke sekolah siapa nih? Berangkat sama Pak supir atau bareng salah satu dari kalian?"
Percakapan mereka terhenti saat kepala Adam menyembul di depan pintu. Laras menarik nafasnya sebentar sebelum akhirnya perempuan itu menoleh ke anak tunggalnya itu.
"Biar sama Mama aja.."
"Oh. Okey"Anak dengan seragam SMP itu kemudian berjalan meninggalkan kamar kedua orang tuanya.
Laras menatap Jaeden yang sama sekali tak terlihat bergeming dan memberikan respon apapun saat anak tunggal mereka tadi bertanya.
"Gapapa aku kamu diemin. Asal jangan Adam.. Dia anak kita"
"Yang bilang dia bukan anak kita siapa? Udahlah. Kamu tuh terlalu banyak nuntutnya. Aku kerja juga buat kamu, buat Adam.. Coba deh jadi istri sekali-kali pengertian ke suami"
Laras menghela nafasnya sekali lagi tak habis pikir dengan ucapan Jaeden. Kurang pengertian apa sih dia selama ini? Padahal nyatanya yang paling tidak pengertian dan egois itu ya Jaeden sendiri.
"Terserah kamu. Di mata kamu emang semuanya Aku yang salah"
Ucapnya sebelum akhirnya keluar kamar menemui Adam yang sudah menunggu di ruang tengah."Ayo berangkat"
"Iya"
Laras lalu masuk ke dalam mobil dengan Adam yang mengikut di belakangnya. Setelah anaknya memasang seatbelt barulah Laras mulai menyetir dan keluar dari garasi rumahnya untuk pergi menyetir ke sekolah Adam.
"Mama.."Panggil Adam yang di balas deheman dari Laras.
"Kalau misalkan Papa emang gak mau dateng. Aku minta sama Om Tio aja.. Gapapa kok. Toh udah sering juga Om Tio yang selalu datang ke acara sekolahku. Temen-temenku bahkan taunya yang Papaku itu Om Tio. Bukan Papa.."Ucap Adam.
Laras yang mendengar ucapan Anak tunggalnya itu berusaha menahan tangisnya dengan menggigit kuat bibir dalamnya. Adam sudah tau dan terbiasa tanpa kehadiran Ayahnya. Bagaimana Laras tidak sedih. Semuanya karena Jaeden. Laki-laki itu sendiri yang membuat sosoknya di gantikan oleh orang lain.
"Iyaa, nanti Mama telfon Om Tio buat kamu yaa.."Balas Laras beberapa saat kemudian. Setelahnya Adam tak buka suaranya lagi.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
[GS] MAMA GULA✔
FanfictionMark, Jeno, dan Lucas tiga orang mahasiswa rantau yang jadi sugar babynya Mama Gula. Gimana mereka bertiga nutupin pekerjaan itu dari pacar mereka masing-masing?