Sepanjang perjalanan ke Palembang Jeno di buat deg deg an. Dia akan pergi untuk meminta restu pada Ibu dan juga ketiga kakak laki-laki Jesslyn.
"Santaii.. Tangan kamu dingin banget"Jesslyn yang duduk di sebelahnya. Mereka sekarang dalam perjalanan untuk pulang ke rumah Jesslyn.
"Aku gugup Jess. Semoga aja nanti disana Aku gak bakalan gagap yaa pas ngomong sama ibu Kamu"
"Ibuku baik kok, Aku juga sering cerita soal kamu ke Ibu.. Jadi gausah khawatir soal restu dari Ibu. Justru, yang kamu khawatirin itu harusnya respon kakak-kakaku.."
"Ah iya yaa.. Kamu bener"
"Tenang aja. Keluargaku baik-baik"
Jeno mengangguk meskipun rasa gugup di hatinya belum hilang. Semakin dekat jarak rumah Jesslyn maka semakin deg deg an Jeno di buatnya.
Saat mereka tiba di rumah Jesslyn, Jeno rasanya tak bisa menahan rasa gugupnya. Tangannya berkeringat apalagi begitu Ia akhirnya bertemu untuk pertama kalinya dengan Ibu pacarnya itu secara langsung.
Jeno bersalaman dengan Ibu Jesslyn dan wanita itu menyambutnya dengan senyuman, senyuman yang serupa dengan Jesslyn. Jeno sempat terdiam beberapa saat ternyata pacarnya itu mewarisi kecantikan Ibunya. Hampir seluruhnya.
Tak lama bersalaman dengan Ibu Jesslyn, Jeno lalu bergantian bersalaman dengan tiga kakak laki-laki Jesslyn. Ada yang berbedan kekar dan tatoan, alisnya tebal wajahnya tampak mengintimidasi. Anak pertama, Axel. Lalu di sebelahnya yang tersenyum lebar ke arahnya dan menjabat tangannya lebih dulu, Jevan. Si pengacara kondang yang juga ngurusin kasus perceraiannya Laras waktu itu. Dan yang terakhir, laki-laki dengan kacamata bulat, dan berbadan sedikit mungil dari yang lain juga memberikannya senyuman. Daren.
Yang dikatakan Jesslyn benar keluarganya betulan menerimanya dengan tangan terbuka. Jeno merasa memiliki keluarga besar dan kehangatan disini. Rasa gugupnya perlahan hilang. Dia juga di undang untuk makan malam bersama-sama. Sepanjang acara makan malam dengan itu Jeno memperhatikan bagaimana ketiga kakak laki-laki pacarnya itu memperlakukan Jesslyn.
Usai makan malam dan akhirnya tibalah waktu bagi Jeno dan Jesslyn mengobrol bersama dengan keluarga. Jeno menyampaikan niat baiknya dan rencana kedepannya bersama dengan Jesslyn.
"Ibu sih.. Semuanya terserah sama Jesslyn dan juga kakak-kakaknya.."
Jeno menatap ketiganya yang juga sekarang tengah menatap lurus ke arahnya bersamaan. Jeno tiba-tiba merasa sangat kecil di depan mereka bertiga.
"Asal kamu janji gak bakalan nyakitin adik perempuan saya lagi"ujar Axel yang paling sulung. Jevan dan Daren mengangguk setuju dengan pernyataannya.
Jeno juga mengangguk dan membalas tatapan ketiganya dengan yakin.
"Saya berjanji tidak akan pernah nyakitin Jesslyn seperti dulu.. Saya tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Saya bersungguh-sungguh Kak Axel, kak Jevan, dan Kak Daren.."
Jesslyn memegang tangan Ibunya tak kalah gugup.
"Kalau seumpamanya Kamu ngelanggar janjimu gimana?"yanya Jevan.
"Saya siap buat nyerahin nyawa saya ke kalian kalau saya sampai nyakitin Jesslyn"
"Jangan omongan di banyakin kalau nyatanya actionnya gak sesuai.. Karena Kamu gak hanya berhadapan dengan Jesslyn tapi juga dengan kita, Kakak-kakaknya"Ucap Daren.
"Saya beneran janji.. Saya bersungguh-sungguh dengan ucapan saya Kak"jawab Jeno lagi.
"Okeh.. Tapi masih ada satu hal lain yang harus kita selesain dulu"
KAMU SEDANG MEMBACA
[GS] MAMA GULA✔
FanfictionMark, Jeno, dan Lucas tiga orang mahasiswa rantau yang jadi sugar babynya Mama Gula. Gimana mereka bertiga nutupin pekerjaan itu dari pacar mereka masing-masing?