Wendy baru saja selesai mengecek ke beberapa cabang restorannya yang ada di Jakarta selatan. Usai menyelesaikan segala urusannya wanita itu langsung meminta Pak Hasan untuk mengantarnya pulang. Sepanjang jalan Wendy hanya menatap keluar jendela sampai mobil harus berhenti di lampu merah.
Wendy membuka kaca jendelanya saat melihat seorang anak laki-laki yang menjajakan tissue dan kue-kue ke mobil-mobil. Tapi tak ada satupun orang yang membelinya.
"Dek! Sini.."panggilnya. Anak laki-laki tadi kemudian berjalan menghampirinya dengan senyuman lebar.
"Ibu mau beli?"
Wendy mengangguk.
"Iyaa.. Kalau beli semuanya berapa?"
"Semuanya?! Ini beneran?!"
Melihat wajah terkejut anak itu Wendy kembali mengangguk dan terkekeh pelan.
"Iyaaa.. Kamu hitung aja semuanya jumlahnya berapa"
"Wahh! Bentar yaa Bu.."
Melihat anak laki-laki itu tampak kesulitan apalagi sebentar lagi lampu sudah berubah menjadi hijau Wendy akhirnya mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribu dari dalam dompetnya.
"Kalau segini cukup gak?"tanyanya.
"Waduh.. Ini kebanyakan Bu! Jadi gak enak"
"Enggak, gapapa.. Ambil aja yaa"ujar Wendy tetap maksa agar anak tadi mengambil uang dari tangannya.
"Makasih banyak ya Bu! Btw ini kue sama tissuenya..Tenang aja ini bersih kok! Ibu saya sendiri yang buatnya.."ucapnya memberitahu.
"Iyaaa.. Saya pasti makan"setelahnya anak laki-laki tadi melambaikan tangan ke arahnya dan agak berlari kecil ke pinggir jalan. Wendy menutup kembali jendela mobilnya.
Tapi tak sengaja Wendy melihat seseorang yang mirip Leon atau memang Leon?! Begitu lampu depan berubah hijau motor besar milik laki-laki itu langsung melaju.
"Pak Hasan, tolong ikutin orang yang naik motor item gede itu"
"Yang mana bu?"
"Itu.. yang pakai jaket denim di depan"
"Oh iyaa bu siap.."
Setelahnya Pak Hasan betulan menambah kecepatan mobil. Wendy menggigit bibirnya entah kenapa dia hanya ingin mengikuti laki-laki itu saja sampai akhirnya Wendy meminta Pak Hasan untuk mengambil jarak aman agar tak sampai ketahuan Leon.
Motor laki-laki itu berhenti di depan sebuah kosan dan Wendy menoleh ke sebrang dimana gedung apartment tempat keponakannya tinggal. Mereka bahkan tinggal sedekat ini bagaimana mungkin Wendy tidak tau. Wanita itu mengusap kepalanya yang tiba-tiba terasa pening.
"Jadi bagaimana bu?"
"Kita pulang aja pak.."
Sepanjang jalan Wendy tak mengatakan apapun lagi. Wanita itu mencoba menghubungi Asya tapi nomornya tak bisa di hubungi atau kontak Wendy sudah di blokir? Wanita itu menghela nafasnya gusar.
"Maafin tante Syaa.. Tante beneran gak tau sama sekali"Ujarnya lalu menghapus air mata yang jatuh di pipinya.
"Kita sudah sampai bu"ucap Pak Hasan. Wendy mengangguk. Sebelum turun dari mobil Wendy memperbaiki penampilannya dan menghapus sisa air matanya. Jangan sampai Yudis atau bahkan Lili melihatnya menangis.
"Pak Hasan, kuenya buat bapak saja"ucap Wendy sebelum masuk ke dalam rumah.
*****
Yangyang barusan keluar dari kelas terakhirnya dan tak sengaja berpapasan dengan Mark yang hendak memasuki kelasnya. Mark melemparkan senyum seperti biasanya tapi kali ini Yangyang tak membalas. Entah kenapa mengingat Clarissa beberapa waktu lalu kacau dan menangis sambil memeluknya membuatnya prihatin sekaligus jadi ikut tak suka melihat Mark juga. Entahlah, padahal seharusnya itu tak ada urusan dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[GS] MAMA GULA✔
FanfictionMark, Jeno, dan Lucas tiga orang mahasiswa rantau yang jadi sugar babynya Mama Gula. Gimana mereka bertiga nutupin pekerjaan itu dari pacar mereka masing-masing?