34

932 103 64
                                    

Drap

Drap

Drap

Drap

Brakkk

"Semuanya keluar!!"

"Akhirnya kau datang dokter Sora. Jika kau lebih lama dari ini, aku benar-benar tak kan mengampuni mu!!"

"Hukum aku sesukamu nanti, tapi biarkan aku menangani Riku!"

"Hah....hah...hah....uhuk uhuk uhuk hah...hah...."

Riku sudah sepenuhnya tak sadarkan diri setelah tadi dengan mati-matian berusaha untuk tetap membuka matanya. Dadanya terus naik turun dengan ritme yang cepat dan tak teratur. Wajahnya kini kian memutih dan bibirnya yang biru kini bergetar dengan tetap berusaha meraup oksigen sebanyak mungkin dan sesekali terbatuk.

Kadang Riku juga mengigau memanggil nama sang kakak membuat Tenn semakin mengeratkan tangannya ke tangan hampir dingin sang adik. Dia terus menggenggam tangan sang adik memastikan bahwa paling tidak ada sedikit kehangatan di tangannya sebagai pertanda nyawa itu masih ada di tempat.

"Tenn.....nii...."

"Cepat semua keluar!!"

"Riku, Tenn-nii keluar dulu sebentar ya. Riku akan ditangan dokter Sora. Jadi anak baik mengerti?" monog Tenn pada adiknya yang belum sadar.

Cup

Setelah mengecup dahi sang adik dan juga mengusap lembut rambut Crimsonnya, Tenn pun keluar.

Tenn menjadi orang terakhir yang keluar dari kamar Riku. Setelahnya suster Sara langsung menutup pintunya dan mereka memulai penanganan medis pada bocchan mereka itu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tenn saat ini sedang duduk di depan kamar Riku dengan gelisah. Memang di depan kamar Riku ada dua kursi dan satu meja kecil yang diapit oleh dua kursi itu sebagai tempat biasa mereka mengobrol saat senggang dan untuk saat ini juga.

"Kenapa selalu seperti ini! Kapan Riku bisa sembuh! Huh...."

Ditundukkannya kepalanya ke bawah sambil kedua tangannya menyatu membentuk kepalan. Jujur Tenn lelah seperti ini terus. Lelah melihat adiknya terus tersiksa seperti ini. Mau sampai kapan ini berlanjut! Dia tak ingin kehilangan sang adik. Adiknya adalah mutiara kecilnya, yang selalu ia jaga mati-matian. Adiknya juga alasannya hidup, bagaimana dia bisa hidup kalau alasannya hidupnya nanti menghilang!

Sungguh Tenn sangat khawatir dengan sang adik. Dia terus dibuat jantungan oleh kondisi sang adik. Lama-lama mungkin dia akan punya penyakit jantung!

Tenn terus berdoa agar Riku baik-baik saja. Semoga adiknya bisa bermain dengannya lagi, bisa mengerjainya lagi, bisa mengganggunya lagi, bisa tertawa dan tersenyum lagi. Bukan senyum dingin yang seolah mengatakan 'aku baik-baik saja' tapi senyum tulus manisnya yang mengatakan 'aku bahagia'.

Sibuk dengan pikirannya, Tenn tak sadar handphone bergetar di dalam saku celananya.

Tenn buru-buru mengangkatnya saat sadar ada panggilan masuk dari gawainya.

Dilihat nama pemanggilnya yang ternyata si unggas, manusia soba yang sayangnya adalah partnernya.

Tenn pun menekan ikon hijau untuk menyetujui sambungan telepon.

Panggilan telepon

"Moshi-moshi"

"Hmm?"

"Tenn!! Kau bilang tadi akan mengabari kami keadaan Riku! Lihat para emak mengamuk seperti dinosaurus yang kehilangan telurnya! Cep-"

Protect My Otouto [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang