Semakin hari keadaan Riku kian memburuk membuat Tenn sudah tidak tau lagi harus berbuat apa. Dokter Sora pun berusaha dengan sekuat tenaga agar bisa membuat kondisi Riku tetap stabil, tapi seakan usahanya itu hanya kesia-siaan belaka. Ya, semakin hari semakin memburuk.
"Riku, kau mau makan apa? Bilang sama Tenn-nii asal Riku mau makan," lirih Tenn melihat lagi-lagi adiknya menolak suapan yang ia sodorkan.
Riku yang saat ini sedang dalam keadaan duduk bersandar pada kepala ranjang yang tetap memakai segala macam alat. Perbedaannya cuma satu, jika biasanya Riku memakai masker oksigen, kini Riku yang sedang makan hanya memakai alat bantu pernafasan yang hanya terpasang di hidung.
Riku kini menunduk, mungkin merasa bersalah karena nafsu makannya yang buruk dan kini membuat kakak tersayangnya khawatir.
"Riku...bosan....makan....bubur," kata Riku lirih dan tertatih karena pernafasan yang memang masih belum begitu baik.
"Lalu Riku ingin apa hmm?" tanya Tenn lembut.
"Riku...ingin....donat," kata Riku sambil menunjuk wajah memelas bak kucing yang minta dipungut ke kakaknya. Berharap kakaknya mau mengabulkan permintaannya itu.
"Apa Riku cuma mau donat?" tanya Tenn dengan makna tersirat menawarkan Riku makanan atau minuman yang lain lagi. Dan itu juga pertanda bahwa kakaknya mengizinkan memakan adonan lingkaran berbalut krim di atasnya itu.
Mata Riku seketika berbinar karena diperbolehkan makan makanan lain. Biasanya kalau dia sedang sakit begini kakak tersayangnya ini akan sangat melarang dia memakan makanan lain selain makanan lembek itu. Bleeehhh Riku sudah bosan dengan tekstur dan rasanya!
Seakan memenangkan lotre, kalimat kakaknya itu merupakan jacpot untuknya. Jadi tak boleh disia-siakan bukan?
"Boleh....yang...lain?" tanya Riku ragu.
"Tentu, Riku mau apa lagi? Ayo katakan, Tenn-nii akan pergi untuk membelikannya," kata Tenn sambil berdiri bersiap pergi setelah mendengar permintaan "pangeran keci"nya.
Gocha! Benarkan kali ini dia bebas! Tak ada lagi makanan nasi lembek itu menyentuh indra pengecapnya kali ini!
"Riku...ingin...omurice...dan.... milkshake strawberry," jawab Riku dengan binar di matamya. Tak lupa senyum lemah juga dia perlihatkan, menandakan seberapa bahagianya ia hari ini.
"Baiklah, Tenn-nii akan pergi sebentar untuk membelikannya. Jadilah anak baik di rumah ne?" kata Tenn sambil mengelus rambut Riku yang direspon anggukan dari sang pemilik surai. Setelah itu, Tenn pun berangkat untuk membeli pesanan adik manisnya.
Setelah hari itu, Riku setiap hari meminta di belikan makanan saja. Katanya dia bosan hanya dengan makan bubur. Awalnya Tenn tidak memperbolehkan karena adiknya yang sedang sakit tidak boleh terlalu banyak makan makanan dari luar seperti itu. Tapi ya nama Riku dia keras kepala dan terus merengek pada Tenn. Riku juga mengancam Tenn akan mogok makan jika Tenn tidak mau membelikannya makanan. Istilah lainnya Riku ketagihan:)
Dengan sangat amat terpaksa Tenn pun menuruti permintaan bos kecilnya. Karena pernah Tenn bersikeras tidak mau menuruti adinya itu dan yang dia dapatkan adalah Riku yang benar-benar melakukan ancamannya. Setelah aksi mogok makan dan mogok bicara pada kakaknya (ngambek) Tenn pun hanya bisa pasrah menuruti adik kecilnya.
Tapi yang membuat Tenn aneh adalah kenapa Riku seperti menjadi lebih baik. Bukan, bukan maksud Tenn tidak senang dengan kondisi adiknya yang kian membaik. Senang, malah sangat senang. Tapi....dia pikir kondisi adiknya akan memburuk. Itu yang Tenn khawatirkan karena terlalu banyak membiarkan Riku memakan makanan dari luar. Tapi...kenapa malah sebaliknya, adiknya seakan menjadi lebih ceria dan lebih bugar ya walaupun tidak sepenuhnya terlihat. Tapi ini adalah Tenn, orang yang tau betul adiknya. Perbedaan sekecil apapun akan terlihat di mata Tenn. Dan kini Tenn melihat perbedaan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Protect My Otouto [End]
Short Story"Aku akan membawa mimpi kita berdua, yang harus kau lakukan hanyalah duduk dan menonton" . . . . . Bagaimana kalau Riku menuruti perkataan Tenn. Dimana Riku tak pernah menjadi idol dan Tenn berusaha untuk menyembunyikan Riku dari dunia idol. Tapi...