30

1.2K 110 110
                                    

*hiraukan tulisan yang ada digambarnya

"ap...apa ini?!"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Riku jelaskan apa ini?!!" Tenn masih tak menyangka apa yang sedang dibacanya ini. Di terus membaca untaian kata-kata sarat makna itu, tapi tetap saja kata tersebut terus menebar teror.

Diarahkan kertas itu dihadapan sang adik lantas bertanya, ingin lebih memastikan lagi.

Dia tak bodoh! Ini surat ancaman! Dan.... untuk adiknya?!

"Te...Tenn...nii..." kata Riku takut-takut. Riku memang sudah menduga hal ini akan terjadi saat ia memutuskan memberitahu sang kakak, tapi Riku tetap saja takut. Kakaknya yang marah adalah hal paling menakutkan bahkan melebihi guntur dan gelap yang notabennya Riku takuti.

"Tenn ada apa? Apa kertas itu?" tanya Mitsuki.

Srettt!!

Seketika kertas itu direbut oleh Momo yang langsung dikerumuni yang lain. Sedangkan Tenn membiarkannya saja dan lebih memilih mengintrogasi Riku.

"Siapa?" tanya Tenn dengan hanya satu kata. Tapi satu kata itu sudah menggambarkan apa yang dimaksud oleh center Trigger itu.

"Ri...Riku tidak tau...."

"Jujur Riku!!"

"Hiks....Riku benar-benar tidak tau!"

"Ri...Riku....bisa jelaskan ini?" tanya Mitsuki setelah membaca surat itu masih dengan tatapan horor mengarah ke selembar kertas itu.

"Rik...Rikkun..."

"Riku...." kata Momo berkaca-kaca.

"Sekarang jelaskan Nanase Riku!!" bentak Tenn.

"Hiks...hiks....hiks"

"Tenn! Jangan membentak adikmu!!" teriak Gaku.

"Tenang Tenn, Riku juga sedang ketakutan," kata Yuki menenangkan.

Mitsuki tiba-tiba mendekati Riku dan memeluknya.

"Daijoubu Riku, ceritalah hmm. Tenn-nii itu tidak marah, tapi cuma mengkhawatirkan Riku. Riku mau menjelaskan semuanya kan? Riku mau cerita?" kata Mitsuki lembut dengan tambahan usapan di punggung Riku membuat Riku lebih tenang.

Perlahan Mitsuki membawa tubuh ringkih itu untuk duduk di kasur miliknya sendiri masih dengan memeluk dengan posisi Riku duduk dan Mitsuki berdiri menyesuaikan duduk Riku.

"Hiks....hiks....hiks...."

"Tenn tenangkan dirimu dulu. Kau menakuti Riku," kata Yamato.

Tenn pun melakukan apa yang dikatakan Yamato. Dia menghirup dan menghembuskan nafasnya untuk menetralkan gejolak emosi yang ada pada dirinya.

Setelah dirasa tenang, Tenn perlahan mendekati Riku dan duduk di sebelahnya. Pelukan yang tadi Mitsuki berikan terlepas dan agak sedikit mundur memberikan satu pasang anak kembar ini ruang.

"Maafkan Tenn-nii, Tenn-nii kelepasan. Riku...kau tau kan kalau Tenn-nii sayang sama Riku?" kata Tenn dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Riku mengangguk

"Tenn-nii sangattt sayang dengan Riku. Hiks... Tenn-nii tak sanggup kehilangan Riku hiks....Riku alasan Tenn-nii hidup...jadi... Tenn-nii tak mau Riku dalam bahaya. Tapi.... melihat Riku yang mendapat surat ancaman seperti itu Tenn-nii jadi sangaattt khawatir. Dan Tenn-nii kecewa karena Riku tak bilang apa-apa soal ini. Ini bahaya Riku...hiks...bahkan tadi Riku hampir kecelakaan.... Tenn-nii....takut...."

Greeppp

Dipeluklah tubuh kecil sang adik kedekapannya. Ia masih menangis memperlihatkan betapa khawatirnya ia dengan sosok yang ada di hadapannya. Tak apa sekali saja adiknya melihatnya menangis. Kali ini ia tak bisa mengendalikan anak sungai yang sudah terlanjur tumpah ruah ke pipinya.

Protect My Otouto [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang