38

755 98 38
                                    

Tenn berlatih koreografi dengan tidak bersemangat. Pikirannya melayang pada kejadian yang tadi dia lihat di handphonenya beberapa saat yang lalu. Entah kenapa hatinya menjadi tidak tenang dan serba gelisah. Tenn pun menjadi tidak fokus dalam latihan dan terus terperangkap dalam pikirannya.

'itu bukan sesuatu yang aneh kan? Tidak, tidak mungkin Bibi Mai melakukan sesuatu yang aneh. Iya, pasti bukan apa-apa!' batin Tenn meyakinkan diri sendiri.

"Tenn! Ada apa denganmu, kau terlihat tidak fokus sendari tadi?" tanya Gaku yang ada di sebelahnya.

"Bukan apa-apa, ayo latihan lagi!"

"Tenn, kau bisa cerita kalau ada masalah kau tau kan?"

"Aku tau"

"Apa ini tentang Riku?"

Hanya keheningan yang menjawab Gaku menjadikan leader Trigger itu semakin yakin kalau kegundahan centernya sendari tadi adalah karena adiknya. Ditambah melihat wajah Tenn yang sedikit menunduk dan murung sudah menjadi jawaban valid atas pertanyaannya tadi.

"Ada apa dengan Riku? Apa Riku sakit lagi? Atau ada masalah lain?" tanya Gaku.

"Itu....Riku...drop lagi," jawab Tenn dengan suara yang pelan. Dia pada akhirnya tak bicara tentang apa yang dia lihat di cctvnya. Dia tak ingin menuduh Bibi Mai yang tidak tidak. Bisa sajakan itu cuma salah paham atau dia yang overthinking. Apalagi Bibi Mai itu sudah lama bekerja padanya, jadi itu seperti tidak mungkin.

"Huh.... begitu ya. Apa Riku tertekan ya dengan teror teror itu?"

"Mungkin. Tapi kondisinya seperti ini juga karena memang tubuhnya yang semakin lemah"

"Hah....aku tak bisa berkomentar apa-apa. Aku juga sedih dengan kondisi Riku. Aku cuma bisa berharap Riku cepat sembuh. Sudah, ayo latihan lagi! Bersemangatlah Tenn! Hadiahkan kemenanganmu  untuknya. Siapa tau dia kembali sehat lagi?"

"Tumben sikapmu seperti leader sejati"

"Hey! Kau disemangati tapi malah ngeledek!"

"Hey kalian berdua! Bukannya latihan malah ngobrol! Latihan lagi!" kata Momo yang memang bertugas mengawasi Trigger. Sedangkan sang partner, Yuki sedang mengawasi latihan Idolish6.

"Ha'i"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Saat ini Tenn sudah pulang dari acara berlatih bersamanya. Dan saat ia memasuki rumah, dia tanpa basa-basi langsung pergi ke kamar Riku dan menemani sang adik.

Tenn duduk di tepi ranjang Riku sambil menyisir lembut Surai Crimson itu. Dilihatlah wajah sang adik yang nyenyak tertidur. Terkadang Tenn takut, takut sekali dengan wajah adiknya yang tertidur pulas, Tenn takut kalau adiknya tidur terlalu pulas dan tak bangun lagi.

"Riku harus baik-baik saja ya!" kata Tenn yang tak henti menyentuh rambut sang adik.

"Engghh..."

"Riku sudah bangun"

"Tenn...hah...nii...uhuk uhuk!"

"Bagaimana udah enakan? Atau masih ada yang sakit?"

"Sesak...hah... Tenn-nii....uhuk uhuk...sakit.." kata Riku terbata sambil memegang dadanya.

"Panggil dokter Sora ya"

"Tadi hah sudah...hiks...hiks..."

"Ssstt...cup cup udah ya jangan nangis...sini Tenn-nii elus dadanya biar sakitnya agak berkurang," kata Tenn langsung mengelus dada Riku. Tenn tidak tau apakah ini berpengaruh pada sesak Riku atau tidak, yang pasti elusan ini akan membuat adiknya tenang dan mungkin akan tertidur lagi. Setidaknya saat Riku tidur, ia tidak akan merasakan sakit untuk sementara.

Protect My Otouto [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang