88. Phone📱

375 42 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beep

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Beep

"Bunda hiks bunda kakak cape mau pulang ke rumah, nyari duit su-susah banget. Mau pulang tinggal sama bunda, mau peluk" Kana menangis tersedu-sedu setelah mengangkat telepon.

Hari ini benar-benar lelah, Kana hampir tidak sanggup lagi menghadapi semuanya.

"Suuut! Kak, diem. Bunda tau kakak cape, tapi semuanya perlu proses"

"Ga-gamau hiks mau pulang huwaaaa bunda" Kana semakin mencak-mencak, entah kenapa moodnya sangat sensitif.

Bahkan air matanya keluar banyak sekali

"Hey kak dengerin bunda, kalo kakak segini aja udah nangis gimana kalo nanti bunda pergi kak....

"....hiks kok bunda ngomong gitu sih, ja-jangan tinggalin kakak sendiri kakak ga punya siapa-siapa lagi"

Alih-alih melarai tangisan sang anak justru Syvia malah membuat Kana semakin kencang menangis dengan kata-katanya.

Tentu mendengar hal itu hati Kana seolah terluluh lantahkan sakit.

Di sebrang telepon terdengar kekehan, sepertinya Syvia gemas dengan Kana yang menangis meraung-raung bagaikan anak kecil.

"Bun hiks hiks kakak segitu salahnya ya sama kak Mew hiks. Kok kak Mew sampe nuduh-nuduh kakak main sama cewe. Padahal kan seharian ini kakak kerja bun, kakak cari uang hiks" kata Kana.

Kini ponselnya ia simpan di atas bantal, wajahnya di usap kasar.

Perpaduan antara air mata, keringat juga ingus membuat Kana sadar bahwa cara ia menangis benar-benar seperti anak kecil.

Apalagi sebuah pengaduan atas perlakuan Mew hari ini padanya.

"Kak Mew nuduh kamu main sama cewe? Kalian pacaran lagi?"

"Ng-ngga hiks. Waktu aku pergi ke Zurich aku ga izin ke kak Mew, dia kira selama aku pergi aku main sama cewe hiks, aku salah ya bun. Padahal aku udah minta maaf, tapi dia bentak-bentak aku"

"Khawatir kali dia sama kamu"

"Ih bunda mah" bengis Kana memukul bantal yang ada di pelukannya gemas dengan jawaban sang bunda.

"Haha. Denger ya gantengnya bunda, gapapa orang lain gitu ke kita asal jangan kita gitu ke orang lain. Masalalu adalah masalalu, dan kamu udah minta maaf, nyesel pun ngga ada gunanya sekarang. Intinya kamu udah minta maaf, terserah kak Mew mau maafin apa engga yang pasti kamu udah minta maaf. Semua orang berhak memaafkan dan tidak memaafkan, semua orang punya hati tergantung bagaimana cara kita menyikapinya aja. Inget apa kata bunda, jangan pernah ngulangin kesalahan yang sama dan stop cari gara-gara sama orang. Mungkin kak Mew masih marah sama kamu but kita liat nanti, kak Mew masih butuh waktu aja buat nerima semuanya. Bunda yakin kok di antara kamu ataupun kak Mew kalian sama-sama orang baik. Kalian anak-anak bunda"

Air mata Kana semakin tidak terbendung, bahkan saking derasnya kini mengalir hingga ke leher.

Syvia selalu bisa dia andalkan, selalu mampu mencairkan suasana hati Kana yang kini sedang di landa kegundah gulanaan.

"Bunda tau aku kesini cuma buat kerjaan, tapi tapi hiks aku pikir kak Mew salah mengartikan semuanya. Seolah-olah tinggalnya aku disini tuh jadi boomerang buat dia, padahal aku tidak nakal hiks. Aku jadi anak baik selama aku disini, tapi kak Mew sering banget bentak-bentak aku. Aku ada salah ya bun, apa seharusnya aku pergi aja ya dari sini"

".....no! Siapa bilang kamu boleh pergi, ngga. Bunda ga akan ngijinin"

"Tapi aku gamau di gituin terus hiks sa-sakit bun. Kak Mew jahat banget sama kakak hiks bundaaaa mau pulang"

"Sabar sayang, bentar lagi"

"Sampe kapaaaan hiks?"

Kana terus mengadu kepada Syvia tentang ini itu, malam ini ia habiskan dengan bercerita dan menangis di temani Syvia.

Kana terlalu lelah

Sampai Kana tertidur dengan sendirinya, Syvia hanya terkekeh mengingat telepon mereka masih tersambung sementara jagoan kecilnya telah berhenti mengomel.

Mereka menghabiskan waktu selama 2 jam di telepon. Anak ibu itu saling merindukan satu sama lain.

Tanpa mereka sadari, di luar di balik pintu kamar Kana ada Mew yang memantau percakapan mereka selama itu.

Mew tersenyum miris menyadari ternyata dirinya kini tidak jauh berbeda dengan Kana yang dulu.

Sama-sama egois dan tak pernah memikirkan bagaimana perasaan orang lain.

Sama-sama egois dan tak pernah memikirkan bagaimana perasaan orang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LONG DISTANCE RELATIONSHIP [MEWGULF AU/SNS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang