120. Flashback

348 28 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ada-ada aja ni anak, bisa-bisanya hal seurgent itu dia ga bilang" rutuk Syvia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ada-ada aja ni anak, bisa-bisanya hal seurgent itu dia ga bilang" rutuk Syvia.

Perempuan itu sebal dengan anaknya, bisa-bisanya Kana hamil dan Syvia tidak tau. Baru saja dia tau hal ini dari Kenzi, teman lamanya.

Necca yang baru saja tiba di rumahnya pun merasa aneh dengan kelakuan sang ibunda. Ada apa dengannya.

"Kenapa bun?"

"Itu kakak kamu, dia hamil tapi ga bilang sama bunda"

Necca pun terbelalak, dia menatap kekasihnya bertanya-tanya. Keduanya baru saja pulang dari kampus.

"Bang Kana hamil bun? Siapa yang hamilin?" tanya Mond. Pria itu sudah tidak canggung lagi dengan Syvia, mengingat sudah lama sekali dia berpacaran dengan Necca. Bahkan Syvia pun tak ragu lagi mengakui kalau Mond adalah menantunya.

"Kak Mew lah gila kamu yang" timpal Necca.

Mond hanya mengangguk ria, dia menghampiri Necca mengambil tas wanita itu yang masih melingkar apik di pundaknya

"Ya bagus dong kalo bang Kana hamil, itu artinya mereka bentar lagi nikah dan kita bakal punya keponakan yang lucu-lucu" ujar pria itu.

Syvia mendelik matanya memutar tidak habis pikir. "Bukan itu yang bunda pikirin, bunda mikirin gimana kesehatan Kana disana dan juga bayinya. Kamu tau kerjaan kakak kamu berat, dia ga bisa kerja gitu aja sementara di dalem perutnya ada bayi. Orang hamil ga boleh kecapean"

Mond pun mengangguk, mengambilkan segelas air minum untuk kekasihnya.

"Aku yakin kok kak Mew bisa jagain Kana, apalagi disana juga ada Poy. Ga mungkin banget kalo dia ngasih bang Kana kerjaan yang berat-berat"

"Ya tetep aja bunda khawatir, kamu juga bakal ngerasain kalo kamu udah jadi orang tua. Gimana khawatirnya kamu sama anak kamu nanti" Syvia menyahuti. Mond kemudian mengangguk mengelus punggung ibu mertuanya kemudian memberikan segelas air putih.

"Iya deh tapi bunda juga harus tenang, nih minum dulu kita obrolin bareng-bareng dengan kepala yang dingin"

Mond memang selalu pandai mendapatkan hati mertuanya, Necca pun terkadang bingung sebenarnya siapa disini yang anak Syvia. Kenapa Mond lebih akrab dengan wanita paruh baya itu di bandingkan dengan dirinya sendiri yang jelas-jelas anaknya.

Necca mendekat ia memeluk Syvia memberikan satu kecupan di pipinya yang putih. "Udah ya bunda jangan khawatir, kakak pasti baik-baik aja kok disana. Necca yakin kak Mew pasti bisa jagain kakak"

"Hmm, kamu minggu depan libur?" tanya Syvia.

Necca mengangguk. "Iya libur semesteran, kenapa?"

"Kita nyusulin kakak ya. Bunda khawatir banget"

"Iya nanti kita kesana. Bareng Mond juga"

Syvia akhirnya tersenyum, setelah beberapa bujukan ibu paruh baya itu berhasil mendapatkan kembali senyumannya.

Baik Necca atau pun Mond keduanya ikut senang melihat itu.

"Udah ah bunda mau lanjut beres-beres, ini lepasin kenapa kalian peluk-peluk bunda sih"

"Tadi aja udah mau nangis sekarang ngomel-ngomel" sahut Necca dari jauh

Syvia tak menanggapi ia sudah berjalan menyusuri tangga meninggalkan dua iblis kecil tersebut.

"Bun kalo kita bikin adik bayi juga boleh ga? Nemenin anaknya bang Kana nanti biar ga kesepian"

"Enak aja kamu, kerja dulu sana. Anak perawan bunda keras kepala maharnya harus gede" sahut Syvia dari atas sana.

Mond hanya mendengus membalas sementara Necca sudah cekikikan di buatnya, ia membawa kepala Mond untuk berhapan dengannya di kecupnya bibir ranum pria itu.

"Kok kalo lagi manyun gini gemes sih hm?" ejek Necca hal itu semakin membuat Mond memanyunkan bibirnya ke depan.

"Utututu gemas banget bayi besar ini, ke kamar yuk. Nanti dapet nenen" bisik Necca Mond hanya mengangguk mengikuti.

Memang tidak ada habisnya mereka, selalu saja berhasil membuat Syvia kesal. Tapi tak apa setidaknya Mond bisa menjadi obat untuk Syvia tat kala ia merindukan Kana yang jauh disana.

LONG DISTANCE RELATIONSHIP [MEWGULF AU/SNS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang