141. Cincinnya mana?

287 30 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mew berjalan ke bawah tepatnya ke kamar Syvia, calon istrinya sejak tadi siang merengek ingin menghabiskan sehari saja waktu bersama sang ibunda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mew berjalan ke bawah tepatnya ke kamar Syvia, calon istrinya sejak tadi siang merengek ingin menghabiskan sehari saja waktu bersama sang ibunda.

Mew memaklumi Kana yang sangat amat merindukan wanita paruh baya itu, alhasil tepat di jam tujuh malam saat ini Kana mulai bosan dan mengadu ingin pergi tidur di temani Mew.

"Gendong" tangannya terulur ketika Mew sampai, dengan senang hati Mew menyambutnya dengan tangan terbuka

"Kenapa manja banget sih hum?" itu Syvia yang tak habis pikir akan sikap kekanak-kanakan anaknya atau mungkin karna di sebabkan oleh hormon orang hamil sehingga Kana tiba-tiba berubah semanja ini.

Padahal untuk Mew, sikap manja calon istrinya itu sudah biasa ia lihat apalagi ketika mereka berdua

Sampai di kamar Kana tidak langsung turun, ia meminta Mew untuk duduk terlebih dahulu di tepian ranjang.

"Daddy udah lamar aku? Terus mana cincin-nya, kok daddy ngga kasih aku cincin?"

Entah kenapa pertanyaan polos itu tiba-tiba meluncur dari mulut Kana membuat Mew tak mampu untuk menahan tawanya.

Rambut Kana di sibak ke belakang, Mew tersenyum mencium keningnya.

"Kalo mau jadi istrinya daddy harus nurut dulu"

"Selama ini Kana nurut kok daddy"

Mew membawa Kana turun dari pangkuannya, duduk berhadapan membawa jari-jemari itu untuk ia genggam.

"Kalo gitu mulai besok kamu tinggal di rumah,  Ngga lama lagi kita akan menikah, kamu juga akan melahirkan. Sedikit banyak-nya waktu kamu akan tersita untuk merawat anak-anak kita, kamu ngga usah kerja biar aku aja yang kerja. Kamu tinggal duduk manis diem di rumah, nurut sama aku oke? Suport kerjaan aku dan ngga usah banyak tingkah, ngga usah kebanyakan ngambekan. Aku tuh suami kamu, fokusnya kerja kerja kerja nyari duit. Kamu tinggal nyantai, nikmatin semua fasilitas yang udah aku kasih. Aku yakin kamu bakal happy, aku ngga minta macem-macem cuma tolong nurut sama aku aja udah, itu doang? Kalau kamu bersedia, makasih. I love you thank you for everything dan udah ngerubah diri kamu jadi kaya sekarang"

"T-tapi.. Bunda sama Necca?"

"Don't worry be happy babe, ayah sama bunda udah sepakat bakal gabungin perusahaan mereka. Bunda sama Necca akan tinggal disini, perusahaan bunda akan di kelola Zee atas nama kamu, dan Mond dia yang akan mengurus semuanya sayang"

"Ngga bisa gitu sayang..."

"Kenapa ngga bisa? Ini jalan terbaik dan kedua belah pihak juga udah setuju, kamu ngga perlu lagi balik ke Bangkok dan kamu ngga perlu repot-repot kangenin bunda setiap saat  karna bunda ada disini, bareng sama kita. Bukannya itu lebih baik kita tinggal satu rumah, semuanya bisa ikut jagain kamu sayang. Jagain twins juga"

Melihat keseriusan Mew dalam meyakinkannya tak bisa membuat Kana mengelak, Kana sadar apa yang di lakukan calon suaminya itu adalah yang terbaik.

Bukan hanya untuk mereka, tapi juga untuk keluarga.

"Kalau gitu Necca ngga jadi kerja sama kamu?"

"Jadi sayang, jadi. Aku ngga akan ngebiarin kamu ngerasa bersalah karena aku udah ngelakuin semuanya buat kamu, Necca tetep kerja sama aku dan bunda sama Kayara yang akan mengurus semua kantor ayah disini, bukan cuma itu. Poy juga akan bantuin ngawasin kerjaan bunda di Bangkok jadi kamu ngga usah khawatir. Aku udah atur semuanya biar kita sama-sama ngga ada yang di rugikan disini"

Senyum Kana mulai terbit, beberapa kali kedua manik matanya mengedip mendengarkan setiap kata yang Mew lantunkan, sangat jentle pria itu.

Tidak hanya tentang dirinya, tapi ini tentang semuanya yang terlibat dalam permasalahan mereka

Jari-jemari Mew Kana raih dan ia bawa untuk di tempelkan di atas perutnya yang sudah mulai menginjak 6 bulan

"Baby twins pasti bangga banget punya daddy kaya kamu" cicitnya lirih seraya tersenyum merasakan pergerakan perutnya.

Binar di mata Mew menunjukkan antusias ketika lagi dan lagi twins merespon dengan tendangan, di kecupnya perut itu Mew tersenyum.

"Mereka juga pasti bangga punya bunda secantik kamu" katanya

Tak sadar pipi Kana merona, menggosok rambut Mew ketika Mew dengan sengaja menggelitik pinggangnya.

"Daddy kangen kalian" cicitnya mendaratkan satu kecupan tepat di pusar Kana.

"Lepas dulu ih aku mau mandi"

Mew mulai bangkit, menegakkan badannya mencium leher Kana.

"Ngga mandi juga wangi kok"

"Tetep aja ngga enak dari pagi belum mandi, gatel-gatel"

"Apanya tuh yang gatel"

Pluk

Kana memukul paha Mew, otak mesumnya tak pernah hilang. Terkadang Kana juga merasa ia ingin di gauli tapi mengingat Kana masih bisa menjaga hawa nafsunya Kana memilih mengabaikan, berbeda dengan Mew yang malah menuntaskan hasratnya di kamar mandi.

"Sakit ih pukul-pukul terus"

Kana tidak menggubris dan memilih menyambar handuk dan berlalu ke kamar mandi.

"Yang bersih ya sayang!" teriak Mew cekikikan.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

LONG DISTANCE RELATIONSHIP [MEWGULF AU/SNS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang