Kana tersenyum mendekati Mew yang sibuk bersama dengan ponselnya. Mereka berada di teras di depan rumah menikmati suasana pagi.
Keduanya masih belum mandi, Mew yang berbalut boxer tanpa atasan sedangkan Kana masih memakai piyama tidurnya.
"Sayang" bisik Kana.
Pinggang Mew ia lingkari dengan lengan cantiknya, bermanja-manja dan menduselkan kepalanya di dada Mew yang kokoh.
Tapi Mew sama sekali tidak menanggapi Kana, ia masih fokus mengetikan beberapa kata di ponselnya yang entah di kirim untuk siapa.
"Sayang ih apa sih pagi-pagi asik banget main handphone katanya tadi mau ngadem, kok malah sibuk chattingan" gerutu Kana sebal
"Lagi kerja aku, si Sisil tiba-tiba minta resign mana ngedadak banget lagi. Pusing aku, harus cari sekretaris baru lagi kalo gini"
"Sisil?"
"Silia kenalan kamu itu loh, yang kamu rekomendasiin buat jadi sekretaris aku"
"Oh. Kok minta resign, ada masalah apa?"
"Suaminya ada perjalanan dinas keluar kota. Sisil kan lagi hamil kalo di tinggal sendiri bahaya"
"Kenapa minta resign, kenapa ngga minta cuti aja?"
"Katanya bakalan lama. Ngga tau juga si"
Respon Kana hanya mengangguk, kasian juga melihat Mew pusing seperti ini. Kana yang tadinya ingin menagih janji Mew seketika urung setelah melihat wajah Mew yang tak bersahabat.
Handphone bermerek apel di gigit miliknya Mew simpan di atas meja di samping mereka bersanding dengan segelas teh. Tehnya Mew teguk ia menoleh ke arah Kana yang sejak tadi memperhatikannya.
"Kenapa liatin terus? Mau minta sesuatu hum?"
Gelengan adalah respon Kana. Mew tersenyum melihatnya ketika Kana memeluknya, bersandar di dadanya yang polos.
"Kalo mau sesuatu bilang aja, jangan diem doang. Aku bakalan ngerasa bersalah banget kalo aku ngga bisa nurutin keinginan anak aku, bisa-bisa ileran nanti"
"Ih anaknya ngga minta apa-apa, aku cuma mau bilang kalo kamu perlu bantuan aku ngomong aja. Aku sebisa mungkin akan nolongin selagi aku mampu"
"Ngga sayang ngga apa-apa, aku baik-baik aja ko. Masalah Sisil paling aku bisa minta tolong Kayara sedikit"
"Tapi kamu keliatan pusing banget"
Kekhawatiran Kana kepada Mew tampak terlihat sekali, Kana sadar Mew yang seperti ini karnanya, karna dia dan anak yang di kandungnya. Meskipun dalam artian Mew kaya raya tetap saja pria itu masih harus bekerja dan tidak bisa melepaskan tanggung jawabnya begitu saja sebagai calon ayah.
Kana menarik diri dari pelukan Mew, raut wajah murung Mew yang jelas terlihat pria itu tangkup. Di belainya kedua pipi Mew Kana tersenyum senang saat Mew menikmatinya.
"Kalo kamu ngga keberatan aku bisa rekomendasiin Necca buat kerja di kantor kamu, gimana?" ujar pria itu.
"Necca? Emang dia udah selesai wisuda?"
"Ngga tau cuma kemarin bilang dia lagi sibuk ngerjain skripsian. Bentar aku telepon aja deh biar lebih jelas"
Telepon genggam yang sejak tadi Kana pegang mulai di arahkan ke depan wajah mereka, Kana memanggil adiknya dengan panggilan video.
"Lama. Pasti masih tidur" protes Kana.
Beberapa menit kemudian panggilan pun tersambung, dan di sebrang sana tampak Necca sedang mengucek matanya. Benar, wanita cantik itu baru saja bangun dari tidur lelapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LONG DISTANCE RELATIONSHIP [MEWGULF AU/SNS]
Fiksi PenggemarIni hanya tentang keseharian Kana, si anak random yang tiba-tiba di maki-maki oleh seseorang melalui sebuah grup chat Namanya Mew, seorang bussiness man yang terkenal angkuh di Swiss sana. Entah bagaimana jadinya Kana sangat membenci pria itu Tapi...