꧁ 01| When We Meet Again ꧂
———
Biar sedikit kembali diceritakan ketika Areta memutuskan untuk meninggalkan tanah air dan tinggal di negeri orang. Mungkin sebagian orang hanya memikirkan bagaimana kasihannya Daffa karena lagi-lagi seolah tak pernah dihargai perasaannya, ditinggal untuk kesekian kalinya, membuat cowok itu menahan sakit dan perih sendirian. Tapi apa pernah kalian merasakan jika berada di posisi Areta?
Keputusannya pergi ke Negeri Ginnseng Korea sebenarnya bukanlah hanya karena ingin melanjutkan pendidikan saja. Melarikan diri, mungkin bisa dikatakan seperti itu. Penyesalan, kekecewaan, dan juga rasa marah bercampur aduk dengan kacaunya dalam dirinya sejak kematian sosok yang sangat berharga bagi dirinya.
Menyesal, kenapa dulu dia terlalu bodoh dengan tidak tahu dirinya selalu menuduh Tara selingkuh dengan Diva yang notabenenya adalah sepupu dari cowok itu sendiri. Marah-marah dan ngambek tidak jelas seperti anak kecil, tanpa tahu kalau di balik diam dan rendah hatinya Tara selalu mengalah dan meminta maaf, ada luka yang menganga lebar yang disembunyikan melalui senyum dan tawa.
Kecewa, dia juga sangat kecewa dengan keadaan saat itu. Oke, Areta sangat-sangat paham kalau mengubah suatu keyakinan untuk dianut adalah hal yang sangat berat untuk diputuskan. Tapi bukankah kalau orang tersebut sudah yakin akan hal itu, kenapa pihak lain justru menghalang-halangi? Areta tahu, sebelum Tara akhirnya memutuskan untuk jadi mualaf, cowok itu pasti sudah berpikir dalam-dalam untuk segala konsekuensinya. Berpikirnya pun Areta yakin tidak dalam jangka waktu sebentar. Tapi kenapa pihak lain itu seolah sangat berat mengizinkan padahal ya Tara masih tetap Tara. Katakan Areta egois, tapi memang cinta itu bisa bikin orang egois dan gila, kan? Kalau saja Ayahnya itu tidak emosian dalam menanggapi permasalahan percintaannya dulu, Areta juga akan berjuang sekeras Tara untuk memperjuangkan hubungan mereka.
Andai saja, masing-masing pihak keluarga sedikit lebih cepat dalam mengambil keputusan, mungkin saja Tara masih ada disini sekarang.
Lalu rasa marah, ini lebih marah ke diri sendiri. Bagaimana jadinya jika dulu Areta tidak terlalu ceroboh. Saat Tara bilang akan pergi ke Singapura sebagai salah satu bentuk perjuangannya mendapatkan izin untuk mualaf, jujur Areta berat mengizinkan. Dia marah dan takut, kalau-kalau Tara tidak akan kembali lagi. Andai saja, Areta lebih bisa mengontrol diri dan tidak langsung mengajak pulang malam itu. Bisa jadi takdir berkata lain. Tara tidak akan kecelakaan hanya demi menyelamatkannya yang ingin mengambil kunci motor yang jatuh ke jalanan dan hampir terserempet mobil. Berakhir malah gantian Tara yang jadi tertabrak dan membuatnya dalam kondisi yang parah.
Perasaan itu terus menggerogoti hatinya selama hampir satu tahun setelahnya. Hidupnya hampa. Dipenuhi suram yang tak tahu kapan akan menemui cerah. Ditambah lagi, dengan posisi Daffa yang masih terus menunggu dirinya dan tak pernah berubah dengan perasaannya. Areta semakin dibuat pusing.
Makanya, sebagai bagian dari usahanya agar bisa terlepas dari perasaan sakit itu, Areta memutuskan untuk pergi jauh ke tempat dimana dia bisa memulai kehidupannya dari nol lagi. Tidak ada orang yang ia kenal. Tidak ada tempat yang menjadi kenangan baik indah maupun buruk. Yang jelas, Areta bisa perlahan mulai melupakan segala hal tentang Tara. Walau jujur, sepertinya dia tak akan bisa menghilangkan sosok Tara dalam hidupnya. Setidaknya, Areta bisa berdamai dan memulai kehidupannya lagi tanpa bayang-bayang cowok itu.
Tiga setengah tahun dia merantau ke negeri orang, berharap kembali bisa mendapatkan rasa bahagia dan sambutan yang hangat sesuai dengan janji yang seseorang berikan padanya sebelum berangkat, namun rasa itu seolah kembang gula yang dicelupkan ke dalam air, langsung melebur hilang tak berbekas. Azril bilang, kalau keadaan Daffa — orang yang sudah berjanji akan terus baik-baik saja dan menunggu dirinya sampai dirinya pulang dari Korea — sedang tidak baik-baik saja. Sudah beberapa kali menjalani kemoterapi, namun sepertinya itu tak berefek sama sekali. Areta diperlihatkan fotonya Daffa yang dimana Azril memintanya dari Chandra, cowok itu tengah terbaring lemah dengan kondisi yang memprihatinkan. Tubuhnya jauh lebih kurus, wajahnya pucat, bibirnya kering dan memutih, lingkaran hitam di bagian kantung matanya juga terlihat jelas, lalu kepala yang ditutupi dengan topi kupluk menambah kesan buruk bagi kondisi Daffa saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐧𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 𝐉𝐨𝐮𝐫𝐧𝐞𝐲; 𝐖𝐢𝐭𝐡 𝐇𝐢𝐦
Romance-'𝐬𝐞𝐪𝐮𝐞𝐥 𝐨𝐟 '𝐫𝐚𝐢𝐧 𝐢𝐧 𝐲𝐨𝐮' ⚠︎[Mature Content]⚠︎ *** "𝐌𝐚𝐚𝐟..." "𝐌𝐚𝐚𝐟 𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐚𝐩𝐚, 𝐃𝐚𝐟?" "𝐀𝐤𝐮 𝐧𝐠𝐠𝐚𝐤 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐥𝐚𝐠𝐢 𝐦𝐞𝐦𝐢𝐧𝐭𝐚 𝐤𝐚𝐦𝐮 𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐭𝐞𝐫𝐢𝐦𝐚 𝐚𝐤𝐮 𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐩𝐚𝐜𝐚𝐫𝐦𝐮... 𝐭𝐚𝐩𝐢 𝐚�...