06

125 10 7
                                    


06| An Official Proposal

———

Sepertinya, niat Daffa yang ingin segera melamar gadis yang sudah ia kagumi selama hampir empat tahun itu sudah benar-benar bulat. Setiap Areta memberikan kabar terbaru tentang apapun itu mengenai persiapan apa saja yang harus dilakukan — termasuk ketentuan seserahan yang harus dibawa — Daffa selalu sat-set menanggapinya. Selalu diurus dengan baik dan tepat.

Bahkan, Daffa sempat meminta dirinya untuk mendiskusikan sesuatu bersama kedua orang tuanya tentang mahar pernikahan apa saja yang ingin diminta dan juga nominal mas kawin. Lalu kalau sudah, langsung diminta memberitahukan itu kepada Daffa lagi agar cowok itu langsung bisa mengusahakannya. Areta tadinya takut, kalau Ayah dan Bundanya akan meminta mahar yang jumlahnya memberatkan bagi Daffa. Tapi, beruntunglah dia karena mereka masih memikirkan perjuangan Daffa dan bagaimana lelaki itu menjalani hidup. Cukup sederhana, namun sesuatu yang wajib ada pun tidak ada yang terlewat.

Memang ya, persiapan pernikahan itu bukan hal yang mudah. Meski sebagian besar rencana untuk acara lamaran ini Daffa yang mengurusnya. Bahkan sesuatu tentang seserahan dan mahar, Daffa yang lebih dulu inisiatif menanyakan. Memang, tidak semua seserahan dibawa saat proses lamaran. Ada sebagian yang wajib dibawa saat akad mendampingi mas kawinnya. Areta tidak begitu paham apa bedanya, tapi dia cukup percaya dengan Daffa karena cowok itu sudah lumayan lama bekerja di kantor Event Organizer.

Dan malam ini, malam tepat sebelum esok hari dilakukannya acara lamaran. Minggu lalu Daffa bilang kalau orang tuanya akan datang ke Jakarta bersama anggota keluarganya yang lain — mungkin kerabat — , dan hal itu langsung Areta sampaikan kepada orang tuanya yang ada di Semarang. Lalu, pada Jum'at malam kemarin Ayah dan Bundanya beserta Jean sudah sampai di rumah Jakarta lagi setelah bertahun-tahun tidak pulang.

Gadis itu sedang duduk bersama keluarganya yang lain di ruang santai di lantai dua. Dengan televisi yang menayangkan serial kartun lucu yang diproduksi di luar negeri yang jelas menjadi tontonan si kecil Jean sekarang ini. Semuanya lesehan, dengan Areta yang duduk bersebelahan dengan Azril dan bersandar di dinding sofa kecil.

"Berarti besok yang datang siapa aja, Mas, dari pihak keluarga kita?" Tanya Feira.

"Palingan Mama, Mama Kinan sama Papa Dinan kalau misal ada waktu. Keluarganya Doyoung. Udah. Kak Shinta kemarin bilangnya nggak bisa datang, suaminya mau dinas ke luar kota terus disuruh ikut." Jawab sang kepala keluarga.

"Lo nggak ngundang temen, Kak?" Tanya Azril tiba-tiba.

Niatnya sih mau mengundang Ailyn, tapi belum sempat karena ragu kalau gadis itu akan ada di Jakarta. Soalnya setahu Areta, sahabatnya yang satu itu sudah sukses jadi seorang career woman.

"Belum tau."

"Acaranya besok kok belum tau, tuh, gimana?" Sahut sang Ayah.

"Aku pengen ngundang Ailyn, tapi nggak tau dia bisa datang apa enggak."

"Taunya bisa datang apa enggak kan dengan ditanya dulu."

"Coba aku telpon, ya?"

Ringisnya yang mendapat balasan gelengan kepala heran dari yang lain. Butuh beberapa waktu untuk panggilan itu tersambung, lalu,

"Oi, Ailyn, sombong ya sekarang yang udah jadi career woman, sibuk kerja, sampai lupa kalau punya teman yang namanya Areta." Gadis itu terkekeh kecil saat mendengar sahutan sang sahabat. "Oh, iya?! Kok nggak kabar-kabar, sih! Jahat, ih! Kapan tuh betewe? Ihh, congrats Ailyn. Sori gue nggak tau, gue saat itu lagi lenyap dari peradaban bumi." Yang tadinya ragu, malah sekarang seakan lupa akan tujuan awal menelpon. Saking asiknya ngobrol. "Tapi sama si Diki nggak, nih? Gila, jadi inget dulu gue sempat kena interogasi bokap karena ketawan masuk cafe yang nyatu sama tempat karaoke. Iyee, lo nggak tau gue dimarahin habis-habisan sampe pingsan asal lo tau. Cuma demi nolongin lo doang nih." Benar-benar lupa dengan keadaan si Areta ini. Bisa-bisanya menyindir Ayah sendiri di depan mata. "Still, congrats for your brand new life. Udah dikasih keturunan belum? Beneran?!! Ihhh, temen gue jadi calon ibu aaakhhhh!"

𝐀𝐧𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 𝐉𝐨𝐮𝐫𝐧𝐞𝐲; 𝐖𝐢𝐭𝐡 𝐇𝐢𝐦Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang