68

92 13 7
                                    

68| Berdua Selamanya

———

Begitu membuka mata, keterkejutan sontak menguasai diri Areta. Waktu masih menunjukkan jam lima pagi waktu Korea. Diluar masih lumayan gelap. Kedua anaknya masih belum ada yang bangun, kini keduanya sama-sama masih saling memeluk diatas ranjang, tepatnya disampingnya. Areta mengedarkan pandangannya, mencari sosok Daffa yang tak terlihat batang hidungnya.

Gerakannya agak semrawut, Areta mengambil posisi duduk sambil menggulung asal rambutnya. Lantas, langkah kakinya menuju kamar mandi dan mengetuknya.

"Daffa?"

Hening. Tidak ada jawaban. Areta memanggil sekali lagi.

"Sayang? Daffa kamu di dalam?"

Masih tidak ada sahutan dari dalam.

Areta paksa buka pintu kamar mandi, namun ternyata pintunya tidak terkunci. Dan di dalam, kosong tak ada siapapun. Areta gusar. Lantas melangkah balik mengambil ponselnya cepat. Belum sempat ia menghubungi nomor sang suami, terdengar suara pin pintu yang dipencet dari arah luar. Lalu tak lama, sosok yang ia cari-cari muncul dari luar sambil membawa sekantung kresek hitam ditangannya.

Areta reflek menghela nafas lega. Langkahnya cepat menghampiri Daffa, dan begitu dirinya tiba tepat di hadapan cowok itu, Areta sigap memeluk tubuh tegap itu.

"Sayang? Kenapa?"

"..."

Diamnya Areta membuat Daffa heran, meski lengannya lantas melingkari tubuh wanitanya.

"Areta?"

"Aku kira kamu pergi." Bisik wanita itu, suaranya redam di balik dada bidang Daffa.

"Kan emang habis pergi sebentar. Ke minimarket depan unit. Beli susu buat Adek, soalnya disini nggak ada susu, kan? Jadi kalau nanti Adek minta udah ada barangnya."

Memang, selama berlibur mereka tidak menginap di hotel. Mengingat jumlah keluarga yang ikut juga banyak, kayaknya bakal memakan biaya lumayan banyak kalau mereka tinggal di hotel selama empat hari tiga malam. Makanya, atas usul dari Areta yang memang sudah lebuh dulu berpengalaman staying di negeri ini, mereka memutuskan mencari rumah yang memang banyak ditawarkan untuk disewa sebagai unit penginapan bagi para pelancong domestik maupun mancanegara.

"Perginya diam-diam. Bikin takut." Areta sedikit menarik mundur tubuhnya. Wajahnya mendongak menatap netra sang suami.

"Bukan diam-diam, yang. Tapi kamunya aja tadi belum bangun." Kekeh Daffa seraya menggesekkan hidung mereka. "Kenapa, sih? Kayak takut banget? Nggak biasanya."

Areta tidak menjawab. Malah menarik nafas dalam di balik dada Daffa lagi.

"Kamu udah mandi?" Areta bertanya hal lainnya pada Daffa.

"Belum."

"Mandi dulu gih kalau gitu. Biar nanti nggak rebutan sama anak-anaknya."

"Kamu sholat dulu sana, aku udah tadi sebelum ke minimarket." Ujar Daffa.

Betul. Sholat tetap harus dilaksanakan. Akhirnya Areta pun tunduk patuh pada tuturan sang suami. Dia kira, selama ia sholat Daffa sudah lebih dulu mandi. Nyatanya, begitu selesai sholat Daffa masih asyik mainan hp di atas kasur.

𝐀𝐧𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 𝐉𝐨𝐮𝐫𝐧𝐞𝐲; 𝐖𝐢𝐭𝐡 𝐇𝐢𝐦Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang