14

184 11 2
                                    

14| Bonding Time

———

Dua minggu berlalu terhitung sejak Areta dan Daffa melakukan staycation di sebuah hotel. Keduanya pun sudah kembali disibukkan dengan kegiatan masing-masing. Areta dengan profesi dosennya, Daffa dengan pekerjaannya sebagai fotografer. Keseharian mereka ya terlewati seperti pada umumnya manusia melalui hari. Bangun pagi, mandi, siap-siap — yang disini Areta akan berperan menjadi ibu rumah tangga yaitu menyiapkan sarapan untuk suami dan adik laki-lakinya — lalu, setelah itu semua penghuni rumah akan sibuk dengan dunianya sendiri. Selalu, yang jadi yang pertama pergi adalah Areta dan Azril. Sedangkan Daffa akan berangkat beberapa menit kemudian karena memang jam kerjanya yang lebih siang masuknya.

Sedikit cerita tentang kejadian dua minggu yang lalu. Begitu Daffa dan Areta baru saja pulang dari hotel, di rumah sudah ada Azril yang katanya juga baru saja sampai rumah setelah menginap satu malam di kost temannya. Begitu mereka menginjakkan kaki di ruang tamu, Azril sudah menghadang mereka dengan segala kehebohan yang terkesan sangat hiperbolis.

"KAK, KITA BEBAS. KITA BEBAS!"

Katanya waktu itu. Jelas saja, pasutri baru itu mendadak diserang rasa bingung. Bebas apanya? Dan kenapa sampai seheboh itu? Makanya, Areta pun langsung membalas.

"Maksudnya? Perasaan gue baru aja pulang dari staycation, bukan keluar dari penjara."

"Kita bebassss! Ayah udah menonaktifkan cctv yang ada di rumah! Kita bebassss sebagai tawanan seorang Jihonanta Jaehyun Saputra!"

"BENERAN???"

"Tadi Om Dodoy kesini buat nyopot semua cctv yang ada di dalam rumah. Yang masih aktif cuma yang di depan teras, sama halaman samping rumah. Buat keamanan katanya. Di laptop gue udah terpasang aplikasi monitoring. Semuanya, udah di urus sama Om Dodoy. Beressss."

"Akhirnyaaa!"

Ahh, ternyata masalah CCTV. Daffa sempat melupakan satu hal itu, padahal Areta pernah cerita padanya kalau di segala penjuru rumah kecuali kamar mandi, semua terpasang CCTV. Daffa sendiri tidak tahu, sih, alasan kenapa Ayah mertuanya itu sampai segitunya mengekang kebebasan anak-anaknya. Karena dia pikir, tidak akan ada asap kalau tidak ada api. Jadi, sebelum akhirnya Ayah mertuanya memutuskan memasang CCTV di rumah yang hanya ditinggali oleh dua anaknya, pasti dua anak itu sudah melakukan sesuatu yang membuat Ayah mertuanya bersikap posesif. Mungkin dulu keduanya pernah berbuat suatu hal yang buruk, yang membahayakan, atau lebih parahnya, membuat kedua orang tuanya kecewa. Siapa yang tahu, kan?

Tapi melihat dari respon Areta saat itu, Daffa sadar bahwa kebebasan adalah segala-galanya. Ya wajar sih, pasti tidak nyaman selama bertahun-tahun semua gerak-gerik selalu terpantau kamera CCTV. Lagian, kalau di kamar terpasang sebuah kamera pengawas, kayaknya dia juga tidak akan bebas kalau mau senang-senang sama Areta. Masa iya, mau senang-senang ada yang mengawas? Ya malu.

Lalu malam ini, semua penghuni rumah sudah pulang kecuali Areta. Wanita itu siang tadi sempat bilang kalau akan ada sebuah seminar pembekalan untuk sebuah kegiatan universitas dan baru dimulai ba'da maghrib. Sekarang sudah jam setengah sembilan, dan Areta belum juga pulang. Seharusnya Daffa tidak usah panik karena ini Jakarta, tempat yang sudah sangat familiar bagi istrinya jadi tidak perlu ada acara nyasar ke tempat lain. Masalahnya, malam ini hujan lagi-lagi mengguyur kota. Harapannya adalah istrinya itu menyimpan cadangan jas hujan di dalam jok motornya.

𝐀𝐧𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 𝐉𝐨𝐮𝐫𝐧𝐞𝐲; 𝐖𝐢𝐭𝐡 𝐇𝐢𝐦Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang