56

101 11 8
                                    

56| Mimisan

———

Akhirnya Daffa bisa merenggangkan badannya setelah merampungkan pekerjaannya yang harus ia selesaikan hari ini. Mengedit beberapa foto selama tiga jam non-stop, yang mana harus ia kirimkan link gdrive pada grup divisinya meski hari ini ia izin bekerja. Daffa mengerjakannya tepat setelah pulang dari rumah sakit tadi, dan baru selesai saat ini di jam setengah tiga. Padahal, bilangnya kepada Aji tadi siang sudah akan dikirim.

Chandra dan para teknisi pemasangan wifi sudah pulang, yang pada akhirnya tadi hanya ditemani Kesha di rumah karena dia dan Areta buru-buru ke rumah sakit. Lalu, dirumahnya sekarang hanya ada tiga orang dewasa, ditambah Bintang, yang dimana dua wanita kesayangannya itu berada di halaman depan rumah — lebih tepatnya di area kolam ikan koi — menemani Bintang bermain disana.

Daffa beranjak dari kursi kerjanya, lalu melangkah keluar kamar. Kakinya menapak menuju dapur, tangannya cekatan membuat susu untuk Areta. Iya, susu hamil.

Kalau mengingat pola pikir istrinya yang — yaaa, masyaAllah banget itu, ingin rasanya Daffa membenturkan kepalanya ke tembok. Saking gemasnya, saking tak habis pikirnya, benar-benar pokoknya.

Daffa mengajak Areta ke rumah sakit tadi dengan alasan akan memenuhi ekspektasi Areta yang mungkin — dirinya ingin anaknya lenyap. Karena dia dongkol banget, makanya ia bicara seperti tadi. Bisa-bisanya wanita itu berpikiran rendah seperti itu?! Harga dirinya sebagai seorang ayah seakan diinjak-injak. Tentu Daffa senang! Punya anak kok ditolak! Bodoh banget Areta Zayba Almira, kan?!

Hubungan mereka belum membaik secara sempurna. Areta masih segan terhadapnya. Dan dia juga masih sedikit kesal pada istrinya itu. Meski lebih dari setengah persen, sudah menguap sejak mereka masih di rumah sakit tadi. Saat dokter mengatakan satu fakta yang sangat mengejutkan keduanya.

Daffa kini melangkah keluar rumah dengan segelas susu khusus ibu hamil — yang dalam perjalanan pulang dari rumah sakit tadi sudah sempat mereka beli — menuju kolam di halaman depan rumahnya. Tempat dimana Bintang heboh menunjuk-nunjuk ikan peliharaanya ditemani Kesha dan Areta.

"Eh, Papa!" Kesha berseru keras sambil menunjuk padanya, membuat Bintang dan Areta lekas menoleh cepat.

"Papa papa papa papa."

Dengan seulas senyum manis, Daffa semakin mendekatkan diri ke area kolam.

"Ada berapa ikannya, Dek?"

"Kan! Tu~ kan!"

"Jangan minggir-minggir, nanti nyemplung kamu!" Ujar Daffa. "Pegangin yang bener, Sha."

"Iyaaa."

"Susu." Daffa menyodorkan gelas susu itu pada Areta.

"Makasih."

"Sambil duduk, di teras sana."

Langsung patuh, Areta mulai menjauh dari area kolam ikan diikuti Daffa di belakangnya. Sementara Kesha masih menemani sang ponakan melihat ikan-ikan di kolam. Areta meminum susu itu dalam diam. Daffa menamani sang istri juga dalam diam. Baru, tepat setelah gelas itu tandas, Daffa mulai mengeluarkan suara.

"Kalau Chandra nggak nemuin testpack tadi di kamar mandi tamu dan ngasih benda itu ke aku, kayaknya kamu nggak akan pernah bilang kalau kamu hamil."

Areta menunduk dengan wajah sendu, "Maaf."

"Bisa-bisanya ya, punya pikiran sempit kayak gitu?"

Areta menggeleng lemah, lalu kembali berkata, "...Maaf."

𝐀𝐧𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 𝐉𝐨𝐮𝐫𝐧𝐞𝐲; 𝐖𝐢𝐭𝐡 𝐇𝐢𝐦Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang