36

165 13 1
                                    

36| Daffa Sakit

———


"Daf, sekali take lagi di halaman paling depan. Habis itu udah."

"Oke, Bang!"

Daffa mengacungkan jempolnya pada Aji, lalu bersama Putra menyusul para klien yang sudah berjalan menuju halaman depan gedung Lawang Sewu ini. Tepatnya, mereka ingin difoto dengan background pajangan kereta dan satu angle lagi yaitu dari bawah, menampilkan seluruh tampilan depan gedung sampai puncak.

Agak susah, sih, karena itu Daffa harus rela gelosoran di tanah demi mendapatkan angle yang bagus. Padahal sebenarnya kepalanya semakin lama semakin terasa berdenyut. Benar, kayaknya efek kehujanan kemarin dan bertepatan dengan daya tahan tubuhnya yang lemah, dia jadi drop.

"Posisi, ya. Yang paling pinggir kanan sama kiri agak mepet ke temen sebelahnya. Oke, tahan!"

Daffa langsung mengambil gambar foto menggunakan kameranya.

"Yang bawa pistol—"

"Pistol mainan, Mas! Aja disingkat-singkat ngko dikirane pistol temenan banjur disita." Potong salah satu anak cowok.

(Jangan disingkat-singkat nanti dikiranya pistol beneran terus disita).

Daffa hanya bisa tertawa renyah. "Ya itu, yang bawa pistol mainan di tengah-tengah saling hadap-hadapan boleh. Kayak musuh saling menatap galak."

"Death glare, Mas, death glare!" Seru salah satu anak cewek.

"Ya itu. Death glare!"

"Sip, Mas!"

"Sip. Tahan, satu.. dua.. tiga.. bentar—ulang, ya. Satu.. dua.. tiga.. sip!"

"Lihat, Mas!"

Daffa dikerubungi oleh anak-anak kuliahan dalam posisi duduk bersila di tanah. Melihat hasil jepretan yang rata-rata klien pada puas. Alhamdulillah, karena dia juga telah berusaha semaksimal mungkin untuk hasil yang bagus.

"Oke, sudah semua, kan?" Tanya Daffa.

"Sudah. Thank you ya, Mas Bro. Mau nurutin jauh-jauh ke Semarang."

"Santai, dia mah seneng-seneng bae soalnya ditemenin istri." Ujar Putra.

"Haaaa, Cika galau Cika galau." Lantas beberapa anak cewek langsung tertawa dan menyudutkan satu cewek berhijab modis. "Ternyata mas fotografernya udah punya istri. Mas Daf, Cika ini ada crush on you."

"ANJIR MULUT LO YA, KAGAK!" Cewek diduga bernama Cika langsung membantah keras.

Sebagai lelaki yang di ceng-ceng-in Daffa cuma bisa geleng-geleng kepala heran. Anak muda zaman sekarang memang rada menakutkan.

"Sabar ya, Dek Cika. Mas Daffa itu cinta mati sama istrinya. Nggak bisa di sleding. Bulan depan juga udah mau punya anak." Putra tambah mengompori suasana.

"Menenga, Put."

(Diem deh, Put).

"Cika merana Cika merana."

"Diem, anying."

Daffa yang masih bisa mendengarnya betulan shock. Bertepatan dengan hp yang ia sakit berdering. Daffa sedikit mundur, tapi masih satu tempat dengan yang lain.

𝐀𝐧𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 𝐉𝐨𝐮𝐫𝐧𝐞𝐲; 𝐖𝐢𝐭𝐡 𝐇𝐢𝐦Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang